IHRAM.CO.ID, MOGADISHU -- Seniman adalah di antara profesi yang dulu tabu yang muncul dari konflik dan ekstremisme Islam selama beberapa dekade di Somalia. Akibat kondisi ini, pelukis wanita berusia 21 tahun, Sana Ashraf Sharif Muhsin, menghadapi banyak tentangan.
Sana termasuk wanita langka di negara Tanduk Afrika yang sangat konservatif. Dia tinggal dan bekerja di tengah puing-puing bangunan pamannya yang sebagian hancur pada tahun-tahun perang Mogadishu. Terlepas dari tantangan yang mencakup keyakinan beberapa Muslim bahwa Islam melarang semua representasi orang, dan pencarian kuas dan bahan lain untuk karyanya, dia tetap optimis.
"Saya mencintai pekerjaan saya dan percaya bahwa saya dapat berkontribusi untuk membangun kembali dan menenangkan negara saya," katanya, seperti dilansir dari AP News, Kamis (28/10).
Menurut Abdi Mohamed Shu'ayb, seorang profesor seni di Universitas Nasional Somalia, kiprah Sana begitu menonjol karena mendobrak penghalang gender untuk memasuki profesi yang didominasi laki-laki. Sana menjadi salah satu dari dua artis wanita yang dikenal di Somalia.
Karya Sana memiliki keunikan tersendiri karena karya seninya menangkap kehidupan kontemporer dengan cara yang positif dan berusaha membangun rekonsiliasi. Sana adalah seorang mahasiswa teknik sipil yang mulai menggambar pada usia 8 tahun, dan mengikuti jejak paman dari pihak ibu, Abdikarim Osman Addow, seniman terkenal.
"Saya akan menggunakan arang di semua dinding rumah, menggambar visi saya tentang dunia," kata Sana. Instruksi yang lebih formal diikuti, dan dia akhirnya mengumpulkan sebuah buku dari sketsa barang-barang rumah tangganya seperti sepatu atau kendi air.