IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Terdapat sejumlah bacaan dzikir pagi yang dianjurkan oleh kaum muslimin. Salah satunya wirid ini, yang memiliki keutamaan besar dibandingkan dengan dzikir panjang.
Berikut bacaan wirid di pagi hari yang diucapkan sebanyak tiga kali:
"سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ"
"Maha suci Allah dan segala pujian hanya untuk-Nya, sejumlah makhluk ciptaan-Nya, sebesar keridhaan-Nya, seberat bobot Arsy-Nya dan sebanyak tinta (yang menulis) kalimat-Nya".
Pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi'i Jember, Ustadz Abdullah Zaen Lc.,MA dalam keterangan tertulisnya kepada Republika menjelaskan, dalil Landasan wirid tersebut yakni, Ummul Mukminin Juwairiyyah radhiyallahu anha mengisahkan, bahwa suatu pagi Nabi ﷺ keluar dari rumah setelah sholat Shubuh, dalam keadaan Juwairiyyah sedang berdzikir di tempat shalatnya. Rasul ﷺ baru kembali saat waktu Dhuha. Ternyata saat itu Juwairiyyah masih duduk berdzikir. Beliau bertanya, "Apakah engkau tetap dalam posisimu semenjak kutinggalkan tadi?", "Ya" jawabnya.
Beliau bersabda, "Sungguh, tadi aku telah mengucapkan empat kalimat sebanyak tiga kali. Jika itu ditimbang; niscaya akan sepadan atau lebih berat dibanding dzikir yang engkau ucapkan sejak tadi". Lalu Nabi ﷺ mengajarkan wirid di atas. (HR. Muslim: No. 2726).
"Mengapa dzikir yang pendek ini dan waktu yang dibutuhkan untuk mengucapkannya tidak sampai semenit, bisa mengalahkan dzikir panjang yang diucapkan selama berjam-jam? Jawabannya: karena dahsyatnya kandungan makna yang ada di dalamnya," kata Ustadz yang meringkas dari kitab "Fiqh al-Ad’iyyah wa al-Adzkar" karya Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr.
"Wirid ini mengajarkan kita untuk menggabungkan antara tasbih dan tahmid. Sebagaimana yang telah dipelajari bahwa kalimat tasbih bermakna: menjauhkan segala kekurangan dari dzat Allah. Serta mensucikan-Nya dari sifat dan perbuatan buruk yang tidak layak. Adapun tahmid, juga telah dibahas, maknanya adalah: memuji Allah ta'ala dengan menyebutkan sifat-sifat-Nya yang agung dan mengingat nikmat-nikmat-Nya yang tak terhingga," lanjut ustaz lulusan S2 jurusan Aqidah, Universitas Islam Madinah ini.