Nursi menjelaskan, selama penyakit ini menjalar begitu rupa dalam diri kita dan membunuh kita dengan sepengetahuan kita, maka kita harus bertekad untuk melakukan pembalasan. Kita akan penggal kepala rasa putus asa tadi dengan pedang:
لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗ
"Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah." (QS.Az-Zumar [39]: 53)
Kita akan membinasakannya dengan hakikat Nabi SAW, yang berbunyi:
ﻟﺎ ﻳُﺪﺭَﻙ ﻛﻠُّﻪ، ﻟﺎ ﻳُﺘﺮﻙ ﻛﻠُّﻪ"
“Sesuatu yang tidak bisa dijangkau semuanya, tidak ditinggalkan keseluruhannya.”
Nursi mengatakan, rasa putus asa adalah penyakit bangsa yang paling berbahaya, dapat dikatakan sebagai “kanker bangsa”. Penyakit ini menjadi faktor penghalang kesempurnaan dan bertentangan dengan spirit hadis qudsi yang berbunyi,
“Aku (perlakukan hambaku) sesuai dengan prasangka-nya terhadap-Ku."
Ia adalah sifat dan dalih para pengecut, orang-orang bodoh, orang-orang lemah dan hina, bukan ciri khas kemuliaan Islam, khususnya bangsa Arab yang memiliki karakteristik sifat-sifat terpuji yang dibanggakan umat manusia.
Nursi menambahkan, dunia Islam telah banyak belajar dari keteguhan dan ketegaran bangsa Arab, dan insya Allah bangsa Arab akan mencampakkan dari rasa putus asanya agar mereka dapat bergandengan tangan bangsa Turki, balatentara Islam yang gagah perkasa sehingga mereka secara bersama-sama mengibarkan panji-panji Alquran di seluruh pelosok dunai.