IHRAM.CO.ID, SANA'A -- Utusan Khusus PBB untuk Yaman Hans Grundberg melanjutkan upayanya menuju gencatan senjata selama Ramadhan. Grundberg menyampaikan kembali terkait seruan PBB agar semua pihak yang bertikai di Yaman melakukan deeskalasi.
Namun, Jumat lalu, kelompok Houthi meluncurkan serangan drone dan rudal ke fasilitas energi vital di Arab Saudi. Koalisi yang dipimpin Saudi menanggapi itu dengan meluncurkan operasi militer terhadap lokasi pemberontak di ibu kota Sanaa dan kota pelabuhan Laut Merah al Hudaydah. Koalisi yang dipimpin Saudi telah memerangi Houthi sejak 2015, satu tahun setelah pemberontak yang bersekutu dengan Iran menguasai sebagian besar Yaman, termasuk Sanaa.
Konflik yang terjadi selama delapan tahun itu telah menjadi salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Hampir 80 persen negara, atau sekitar 30 juta orang, membutuhkan bantuan dan perlindungan kemanusiaan dan lebih dari 13 juta berada dalam bahaya kelaparan, menurut perkiraan PBB.
Kelompok Houthi Yaman pada Ahad (27/3/2022) kemarin mengumumkan gencatan senjata tiga hari. Houthi mengatakan, gencatan senjata dapat menjadi permanen jika koalisi pimpinan Arab Saudi mengakhiri operasinya di Yaman.
Pemimpin politik Houthi, Mahdi al-Mashat mengumumkan penangguhan serangan rudal dan pesawat tak berawak. Termasuk semua tindakan militer untuk jangka waktu tiga hari. Ini adalah langkah-langkah praktis untuk membangun kembali kepercayaan, dan membawa semua pihak dari arena pembicaraan ke arena tindakan.
"Kami siap untuk mengubah deklarasi ini menjadi komitmen final dan permanen jika Arab Saudi berkomitmen untuk mengakhiri pengepungan dan menghentikan serangannya di Yaman untuk selamanya," ujar Al-Mashat.