Rabu 06 Apr 2022 16:16 WIB

Prof KH Ibrahim Hosen, Sang Fakih Legendaris (I)

Minatnya terhadap ilmu-ilmu keislaman kian tinggi.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
 Prof KH Ibrahim Hosen LML.
Foto:

Minatnya terhadap ilmu-ilmu keislaman kian tinggi. Untuk mempelajari 'Ulumul Qur'an, ia menetap di Pesantren Lontar, Serang, Banten.Lembaga tersebut berada di bawah bimbingan KH Tubagus Soleh Ma'mun.

Kemudian, rihlah keilmuannya berlanjut ke Pesantren Buntet untuk berguru kepada KH Abbas.Di sana, dia mengaji ilmu mantiq, fikih, dan ushul fikih. Sang kiai dikenal luas sebagai seorang sufi yang piawai mengajarkan tarekat. Darinya juga, Ibrahim muda mulai mengenalkan khazanah pemikiran fikih kontemporer lintas mazhab.

Walaupun hanya belajar empat bulan kepada Kiai Abbas, Ibrahim sudah dianggap cukup mumpuni. Kemudian, ia pun disarankan sang guru untuk nyantrike Solo, Jawa Tengah. Di sana, ia menemui Sayyid Ahmad Abdullah Assegaf untuk memperdalam ilmu fikih serta penguasaan bahasa Arab. Ulama kelahiran tahun 1879 itu merupakan seorang yang bukan hanya ahli gramatika dan sastra Arab, tetapi juga sejarah.

Setelah itu, Ibrahim melanjutkan pendidikannya ke sebuah pesantren di Gunung Puyuh, Sukabumi, Jawa Barat, yang dipimpin oleh KH Sanusi. Di sini, pemuda tersebut mempelajari kitab Al-Um, Balaghah, dan lain-lain. Pada 1940, ia pun berhasil memperoleh beasiswa untuk meneruskan studi ke Universitas al-Azhar Mesir.

Saat itu, Ibrahim muda sempat mengalami sedikit kendala. Pasalnya, kantor konsulat Hindia Belanda di Palembang tidak memberikan paspor kepadanya. Barulah pada tahun 1955, dirinya benar-benar bisa bertolak ke Mesir.

Ia belajar dengan amat tekun di Negeri Sungai Nil itu. Pada akhirnya, ia sukses meraih gelar shahadah aliyahatau sarjana lengkap dalam bidang syariah. Sejak itu, di belakang namanya tertera gelar LML.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement