IHRAM.CO.ID, Kota Bushra juga tercatat dalam sejarah peradaban Islam sebagai saksi terjadinya Perang Mu'tah. Menurut Dr Dhiya Al-Umuri dalam Shahih Sirah Nabawiyah, Perang Mu'tah -- seperti yang diriwayatkan Al-Waqidi - dipicu oleh ulah Syurabil bin Amr al-Ghassani, penguasa Bushra yang telah membunuh Al-Harits bin Umair Al-Azdi.
Al-Harits diutus Rasulullah untuk mengirimkan surat ajakan memeluk Islam. Penguasa Bushra itu tak mengindahkan etika diplomasi yang berlaku pada zaman itu, yakni seorang utusan resmi dari sebuah negeri tak boleh dibunuh.
Rasulullah pun terpaksa melakukan aksi militer untuk memberi pelajaran kepada penguasa yang tak mengindahkan aturan yang berlaku itu. Nabi Muhammad SAW lalu memerintahkan Zaid bin Haritsah untuk memimpin 3.000 pasukan guna menggempur pasukan Syurabil yang berbasis di Bushra.
Rasulullah SAW bersabda, "Jika ia mati syahid dalam peperangan, Ja'far bin Abi Thalib menggantinya sebagai pemimpin pasukan. Jika ia juga mati syahid, pemimpin pasukan digantikan oleh Abdullah bin Rawahah. Jika ia juga mati syahid, terserah kaum Muslim untuk memilih siapa pemimpinnya."
Setelah menempuh perjalanan yang jauh, sampailah pasukan tentara Muslim di Mu'tah, sebuah desa yang terletak di perbatasan Syam (Suriah). Kini, desa itu berganti nama menjadi Kirk. Di desa itulah pasukan tentara Islam harus berhadapan dengan 100 ribu pasukan Syurabil yang mendapat sokongan dari Kekaisaran Romawi, yang saat itu dipimpin Heraklius.
Awalnya, sempat ada keraguan dalam dada para prajurit Islam untuk menghadapi pasukan dari Bushra. Kekuatan mereka jauh lebih besar. Sekitar 3.000 orang harus melawan 100 ribu tentara.
Namun, keyakinan mereka akan kerinduan pasukan Islam untuk gugur sebagai syuhada telah menghilangkan rasa takut yang sempat menepi di dada mereka. Pertempuran antara 'semut' melawan 'gajah' pun terjadi. Dengan gagah berani pasukan Islam terus bertempur. Komandan pasukan Muslim, Zaid bin Haritsah, gugur dalam syahid.
Ja'far bin Abi Thalib segera mengambil tongkat komando. Pasukan kembali bertempur. Ja'far pun gugur sebagai syuhada. Tongkat komando berpindah ke tangan Abdullah bin Rawahah. Pasukan musuh bertambah banyak. Heraklius menambah pasukannya menjadi 200 ribu.
Pasukan kaum Muslim terus memukul kekuatan musuh yang begitu besar. Hingga akhirnya, Abdullah pun gugur. Kaum Muslim di medan perang akhir bersepakat mengangkat Khalid bin Walid sebagai pemimpin pasukan. Dengan strategi perang yang jitu, akhirnya pasukan tentara kaum Muslim pun meraih kemenangan dan menguasai Bushra.