Jumat 27 Sep 2013 14:02 WIB

"Jaga Stamina sebelum Puncak Haji"

Masjidil Haram sudah mulai dipadati jamaah calon haji yang melakukan tawaf, awal pekan ini.
Foto: Kemenag/Media Center Haji
Masjidil Haram sudah mulai dipadati jamaah calon haji yang melakukan tawaf, awal pekan ini.

Oleh Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, Memanfaatkan waktu untuk beribadah selama berada di Tanah Suci sangat dianjurkan. Namun, bukan berarti jamaah beribadah ‘habis-habisan’ tanpa mengukur kemampuan fisik, apalagi bagi jamaah yang tiba lebih awal.

Jika tidak menjaga fisik maka tak jarang jamaah bakal mengalami kelelahan hingga jatuh sakit dan harus dilarikan ke rumah sakit untuk pemulihan sebelum puncak haji di Arafah, Musdalifah, Mina (Armina).

Sembari menunggu puncak haji pada 8-10 Dzulhijah, jamaah dihimbau tetap memperhatikan kesehatan fisik dan tidak terlalu lelah sebelum memasuki puncak haji.

Wakil Sekretaris Jendral Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain mengatakan, ibadah haji maupun ibadahibadah lain pada prinsipnya dilakukan sesuai kemampuan. “Bukan habis-habisan, dan tidak boleh memaksakan diri,” kata Tengku, saat dihubungi, Selasa (25/9).

Bagi jamaah yang melaksanakan haji tamattu, ketika setelah selesai umrah, Tengku mengimbau agar sering beristirahat dan tidak banyak melakukan aktivitas fisik. Kalaupun ingin melakukan tawaf tambahan setelah kewajiban umrah selesai, cukup dilakukan sekali dalam sehari.

Itu pun juga memperhatikan kondisi waktu dan kesehatan. Sekitar pukul 8-9 pagi usai sarapan, situasi cukup lengang. Tengku menyarankan jamaah yang ingin tawaf tambahan melakukannya di jam-jam tersebut.

Selebihnya, aktivitas sehari-hari sebaiknya lebih banyak digunakan untuk shalat sunah, berdzikir atau membaca Alquran. “Ketika mau melakukan tawaf tambahan, perhatikan kesehatan fisik. Apalagi sekarang situasi di Masjidil Haram juga masih dalam proses renovasi,” papar dia.

Tengku melanjutkan, jamaah sebaiknya menabung energi untuk digunakan ketika pelaksanaan puncak haji. Puncak pelaksanaan haji dimulai saat mengenakan pakaian ihram pada 8 Dzulhijah, lalu menuju Mina. Jamaah akan tinggal selama sehari semalam.

Hari berikutnya, jamaah akan melakukan wukuf di Arafah. Aktivitas ini memerlukan persiapan fisik yang luar biasa.

Wukuf dimulai setelah tergelincirnya matahari hingga masuk waktu Maghrib. Setelah memasuki Maghrib di Arafah, jamaah melakukan Mabit di Mudzalifah. Jamaah kemudian kembali ke Mina seusai shalat Subuh. Kegiatan juga masih dilanjutkan de ngan melempar jumrah.

Aktivitas yang nyaris tanpa jeda ini memerlukan kesiapan fisik yang sangat ting gi. Jangan sampai, kata Tengku, kelelahan di awal justru menyebabkan jamaah menjadi sakit dan kehabisan stamina ketika memasuki puncak haji. Pembimbing haji juga harus mengingatkan jamaah agar tidak terlalu lelah. “Lebih baik persiapkan energi untuk wukuf nanti,” katanya. 

Harian Republika/Khoirul Azwar

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement