REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Jumlah jamaah calon haji (JCH) Indonesia terhitung paling banyak di Tanah Suci. Tahun ini, jumlah JCH Indonesia mencapai sekitar 155 ribu orang.
Hingga pukul 15.00 Waktu Arab Saudi (WAS), Jumat (5/9), jamaah calon haji Indonesia yang sudah tiba di Arab Saudi tercatat sebanyak 21.145 orang. Sebagian besar sudah memenuhi pemondokan-pemondokan yang ada di Madinah. Sehingga membutuhkan strategi untuk melindungi ratusan ribu jamaah calon haji ini.
Kepala Bidang Perlindungan Jamaah Calon Haji Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Kolonel A Riad S, menjelaskan sejumlah strategi yang bakal diterapkan di pusat pergerakan jamaah calon haji di pemondokan di Madinah, pemondokan Makkah maupun kawasan Arafah.
1. Untuk perlindungan jamaah di Madinah
Tim pengamanan yang berjumlah 11 orang (delapan di antaranya petugas wanita, red) telah mengubah strategi pada hari kedua kedatangan jamaah calon haji. Semula, petugas rutin melakukan patroli mengelilingi kompleks Masjid Nabawi di Madinah. Tapi, kini dilakukan strategi terbaru. Pihaknya membentuk Tim Buser yang mencari jamaah di waktu-waktu tertentu.
"Sistemnya kita ubah. Kalau menggunakan sistem patroli, keliling masjid, maka petugas akan kepanasan dan kelelahan. Sekarang, Tim Buser akan memantau di tempat, tapi setengah jam atau satu jam sehabis Salat Wajib di Masjid, Tim kemudian mencari jamaah yang kesasar (di sekitar kompleks masjid)," kata Riad di kantor Teknis Urusah Haji (TUH), Jeddah, Arab Saudi, Jumat (5/9) siang.
2. Waktu Jamaah Rawan Tersesat
Menurutnya, waktu-waktu yang dianggap genting saat jamaah kemungkinan tersasar atau tersesat di Madinah adalah sekitar Pukul 08.00-10.00 waktu arab saudi (WAS), ketika jamaah perempuan berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW di Raudhah yang berada di dalam Masjid Nabawi.
Di waktu-waktu itu, katanya, sering sekali jamaah perempuan kehilangan teman seperjalannya (satu rombongan) atau berpisah dengan suami di titik semula yang disepakati untuk bertemu.
Untuk kasus berpisah dengan rombongan atau pasangannya, Riad mencatat ada ratusan kasus. Tapi, Tim Buser hanya mencatat kasus jamaah yang tersasar atau tersesat kemudian dikembalikan ke pemondokan atau sektornya masing-masing.
"(Tapi) kalau yang bertemu lagi dengan teman (rombongan) atau suaminya di sekitar Masjid Nabawi, Tim Buser tidak kita catat sebagai orang tersasar atau tersesat," ujar Riad.
3. Buka Pos Penting
Untuk mempermudah jamaah calon haji yang selama sembilan hari pertama melaksanakan Shalat Arbain (shalat 40 waktu tanpa terputus) di Masjid Nabawi, Tim Pengamanan atau Tim Buser membuka pos yang berlokasi di depan kamar mandi (Hamam) 10 dan kamar mandi 3 dengan dipancangkan bendera Merah Putih.
Dua lokasi ini dipilih karena strategis, dekat pintu utama dan sebuah gedung besar berupa kantor Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi.
"Jadi kita sosialisasikan kepada jamaah kalau ada apa-apa, cari saja pintu paling besar. Pasti ketemu," kata Riad.
4. Petugas Terbatas di Sektor Dua
Tugas paling berat pengamanan di Madinah adalah tugas yang dilakukan petugas Sektor Dua. Sebab, jumlah petugas di sektor ini sangat terbatas, namun jumlah pemondokan yang harus diawasi mencapai 30 unit serta lokasi antar pemondokan berjauhan. Sehingga jika ada kedatangan jamaah calon haji, petugas di sektor ini harus lari ke sana-sini.
Sementara Sektor Satu hanya mengawasi delapan unit pemondokan. "Meski begini, secara umum perlindungan jamaah berjalan baik," tegas dia.
5. Lorong Rawan
Pihak keamanan juga memperhatikan serius beberapa lokasi pemondokan jamaah yang tergolong rawan, seperti pemondokan jamaah asal Lombok, NTB, yang harus melewati beberapa lorong jika hendak menuju Masjid Nabawi. Lokasinya ada di pintu paling ujung (Hamam 8). Dinilai rawan karena di bawah lorong banyak dipenuhi pedagang setempat.
6. Joki di Raudhah
Dari hasil pengamatan lapangan, Riad menuturkan, saat ini perjokian di Nabawi relatif tidak ada. Para joki ini biasanya membidik korban ibu-ibu yang akan berziarah ke Raudhah.
Tugas mereka adalah memintas antrean karena memiliki hubungan pendekatan dengan oknum petugas keamanan setempat (askar) di dalam masjid.
"Sebab sekarang pekerja yang over stayer sudah tidak ada lagi. Di pos pengawasan joki ini, kita menempatkan lebih banyak petugas wanita. Dari 11 orang di sektor khusus Nabawai, delapan orang wanita dari satuan TNI/Polri," katanya.




