Kamis 09 Oct 2014 14:06 WIB

Rute Jamaah Haji Mamalik

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Peta Ethiopia.
Foto: Lonelyplanet.com/ca
Peta Ethiopia.

REPUBLIKA.CO.ID, Para sejarawan masa lalu menyebut Mamalik yang berkembang di benua Afrika dengan nama Mamalik bercorak Islami.

Hal ini disebutkan oleh Al-Qalqasyandi di dalam Shubh al-A’sya, sebagai sebuah negeri yang dikenal dengan negeri Zeila. Sebab, tidak ada nama lain yang dikenal pada abad pertengahan.

Al-Qalqasyandi mengatakan, negeri Zeila menghadap daratan Yaman di muara Bahr Qulzum (Laut Merah) serta laut yang menyambung dengannya, yaitu Samudra Hindia.

Dikatakan bercorak Islami karena posisi negeri ini terletak di tepi laut. Al-Umari mengatakan, di Mesir dan Syam, negeri ini biasa disebut dengan Zaila’. Panjangnya, baik daratan maupun lautan, ditempuh dengan perjalanan selama dua bulan. Sedangkan lebarnya lebih dari itu.

Sementara Al-Maqrizi mengatakan, Aufat (Ifat) termasuk wilayah negeri ini. Sedangkan Kota Hadyah terletak di batas paling jauh di sebelah barat, tepatnya di sebelah selatan Addis Ababa sekarang.

Penduduk negeri Zeila terdiri dari berbagai unsur; Hamiah (keturunan Ham bin Nuh) dan Arab. Mayoritas unsur Hamiah dikenal sebagai suku Somalia, Jala, A’far, dan Danakil.

Suku A’far mendiami sebelah utara sungai Awasy. Sementara itu, suku Somalia dan Jala menetap di sebelah selatan sungai ini. Di dataran tinggi sebelah timur adalah Ethiopia sekarang. Karena itu, dataran tinggi ini bisa pula dinamakan dengan dataran tinggi Somalia, pada saat yang sama dataran tinggi sebelah barat dikenal dengan dataran Habasyah.

Para sejarawan sepakat bahwa Al-Mandeb adalah wilayah paling awal dimasuki unsur-unsur budaya Asia dalam migrasinya ke Afrika. Bangsa Arab tidak mungkin menamakannya dengan bab kalau bukan merupakan pintu masuk mereka menuju Benua Hitam ini.

Jejak-jejak kebudayaan yang terdapat di kedua sisinya tetap berdiri sebagai bukti adanya hubungan pada masa lampau antara Asia dan Afrika. Bab Al-Mandeb terus menjadi pintu migrasi selama berabad- abad. Hubungan di antara kedua tepian Laut Merah terus terjalin.

Bangsa Arab merupakan orang pertama yang mengenal pelabuhan-pelabuhan yang terdapat di pesisir barat Laut Merah. Secara spesifik, yaitu pelabuhan Aidzab, Sawakin, Aqiq, Masewa, Zeila, Berbera, Mogadishu, Zanjibar, Dar As-Salam di Tanzania, hingga Mozambik.

Masing-masing dari wilayah ini merupakan bagian penting bagi peradaban Arab Islam. Wilayah-wilayah inilah yang dulu dikenal di Afrika. Seperti diketahui, Islam sudah memiliki akar sejarah di Ethiopia, yaitu sejak kedatangan rombongan pertama kaum Muhajirin ke Kerajaan Kristen Najasyi pada awai abad ke-7 M.

Islam lahir dan tersebar di Jazirah Arab. Hubungan dagang telah lama terjalin antara Jazirah Arab dan beberapa wilayah di pesisir timur Afrika. Kemunculan Islam berpengaruh pada orang-orang yang pulang-pergi ke Afrika dari kalangan bangsa Arab. Mereka memeluk Islam, setelah sebelumnya adalah para penyembah berhala.

Hal ini pun berpengaruh terhadap orang- orang yang berinteraksi dengan mereka di pesisir lain dari Laut Merah. (Atlas Haji dan Umrah karya Sami bin Abdullah Al-Maghlouth)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement