Ahad 06 Sep 2015 17:02 WIB

125 Mahasiswa Temus Akhirnya Masuk Makkah

Petugas haji Indonesia sedang menunaikan shalat tahiyatul masjid di Masjid Baiat, Arafah, Makkah.
Foto: Republika/Heri Ruslan/ca
Petugas haji Indonesia sedang menunaikan shalat tahiyatul masjid di Masjid Baiat, Arafah, Makkah.

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH --- Sebanyak 125 mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di berbagai negara Timur Tengah akhirnya bisa masuk ke Makkah. Sebelumnya, mahasiswa yang akan bertugas membantu petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 2015 untuk memberikan pelayanan kepada jamaah haji Indonesia tidak bisa masuk ke Arab Saudi lantaran masalah visa.

“Akhirnya bisa diselesaikan visanya. Alhamdulillah sekarang bisa masuk,” kata Ketua PPIH Arab Saudi 2015 Ahmad Dumyati Bashori di Jeddah, Arab Saudi, seperti dilaporkan wartawan Republika, EH Ismail, Ahad (6/9).

Dumyati melanjutkan, pengurusan visa yang membuat kedatangan mahasiswa ke Tanah Suci terlambat dari jadwal seharusnya akibat kendala visa. Visa mahasiswa yang kuliah di sembilan negara itu terhambat karena kuota Indonesia di sistem e-hajj terlampaui.

Para mahasiswa yang kini akan masuk ke Arab Saudi adalah mereka yang berkuliah di Kairo (Mesir), Khortum (Sudan), dan Tunisia. Sedangkan mahasiswa Indonesia yang kuliah dan Suriah dan Lebanon tidak dapat masuk dalam kuota visa e-hajj. “Namun, mereka akhirnya menggunakan visa lainnya,” kata Dumyati.

Menurut Dumyati, keberadaan para mahasiswa sangat dibutuhkan untuk membantu melayani jamaah haji Tanah Air. Walaupun dia mengakui kedatangan para mahasiswa ini sudah sangat terlambat.

Mahasiswa yang menjadi tenaga musiman (temus) tersebut, kata dia, rata-rata memiliki kemampuan bahasa Arab yang baik. Kemampuan mereka diharapkan dapat membantu melayanani jamaah haji dalam pelayanan umum dan ibadah. Mahasiswa akan ditempatkan di halte-halte bus shalawat di Makkah untuk mengarahkan jamaah yang ingin pergi dari hotel ke Masjidil Haram atau sebaliknya.

“Sekarang tenaga untuk transportasi sangat minim. Saya sudah keliling ke terminal dan halte pemberhentian bus shalawat. Ternyata ada yang petugasnya hanya satu atau dua orang. Kalau mereka tidak datang, maka akan sangat membebani sekali karena jumlah petugas kita memang minim,” kata Dumyati.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement