Selasa 15 Sep 2015 09:17 WIB

Disangka Dokter

Petugas Haji
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Petugas Haji

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penduduk di tanah suci seringkali tak menyadari bahwa petugas haji tak melulu dari tim kesehatan atau merupakan seorang dokter. Namun, mereka pada umumnya melihat penampilan dengan pakaian putih rapi, lalu menyangka orang tersebut adalah seorang dokter.

Kesalahpahaman ini terjadi di saat seorang petugas haji di tahun 2007 membutuhkan jam tangan. Sebutlah namanya Mardi. Dia meminta diantarkan rekannya, Yusuf, ke toko jam tangan di dekat Mesjid Nabawi, Madinah Al Munawarah. Toko yang menghadap masjid itu tergolong cukup lengkap dengan koleksi jam-jam berkualitas baik.

Pemilik tokonya langsung melayani kedua orang ini dengan baik dan menggunakan bahasa Inggris yang sangat terbatas diselingi bahasa Arab. Sambil menunjukkan jam-jam yang menurutnya berkualitas baik kepada mereka, pemilik toko terus-menerus memandangi Mardi. Dia pun bertanya pada rekannya. Apakah saudari anda itu seorang dokter atau bagian kesehatan Indonesia?”

Yusuf pun mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan itu. Dia salah paham. Dikira Yusuf, pemilik toko itu bertanya kalau dia dan Mardi adalah petugas haji. Wajah pemilik toko itu pun langsung terlihat sumringah dan menyuruh pelayannya membawakan selembar kertas.

Lembaran kertas itu ditujukan kepada Mardi yang isinya berupa catatan medis istri pemilik toko. Pria itu pun bertanya pada Mardi, Tolong berikan saya saran, bagaimana saya harus mengobati istri saya yang sakit. Dia sudah menderita sejak lama. Kasihan istri saya. Tolonglah dia. Ini catatan laboratoriumnya.”

Walau terkaget-kaget, Mardi pun berusaha meyakinkan pemilik toko bahwa ia bukan dokter atau tim medis. Berulang-ulang Mardi menyatakan dirinya sebagai petugas haji biasa dan tak paham soal medis. Tapi, pria itu tetap yakin dengan penilaiannya terhadap Mardi dan berkeras memintanya membacakan hasil laboratorium itu terlebih dahulu.

Dengan sedikit bingung dan ragu, Mardi pun membaca catatan medis istri pemilik toko. Di dalamnya disebutkan data-data pasien, termasuk nama lengkap sang istri. Selain itu, disebutkan keluhan pasien yang mengalami alergi dan dilakukan pemeriksaan darah.

Ada beberapa keterangan medis yang dipahami petugas haji ini berkat pengalaman dalam memeriksakan kesehatannya sendiri di laboratorium. Dengan pengetahuan terbatas dan tak ingin salah dalam memberikan saran, Mardi pun mencoba memberikan masukan kepada pemilik toko.

Anda sebaiknya membawa hasil catatan ini kembali ke dokternya untuk berkonsultasi. Coba tanyakan apa obat yang sebaiknya diberikan pada istri Anda dan bagaimana caranya agar penyakit istri Anda tidak kambuh lagi,” begitu Mardi menyarankan.

Rupanya, pemilik toko cukup puas mendengarkan saran tersebut dan gembira dibuatnya. Dia berjanji menjalankan saran Mardi itu dan membawa istrinya kembali ke dokter. Tentunya, dia berkonsultasi ke dokter yang sebenarnya dengan membawa serta catatan medis sang istri.

Karena senang, pemilik toko memberikan potongan harga yang memuaskan bagi Mardi. Jam yang diajukan pun yang terbilang bagus kualitasnya. Yusuf hanya tersenyum menyaksikannya dan ikut-ikutan menawar sebuah jam tangan untuk istrinya di Tanah Air.

Sumber: Pusat Data Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement