Senin 05 Oct 2015 17:13 WIB
Insiden Mina

Cegah Tragedi Mina Berulang, Aher Usulkan Fikih Prioritas

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agung Sasongko
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan membeli daging sapi saat meninjau operasi pasar daging sapi, di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Rabu (12/8).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan membeli daging sapi saat meninjau operasi pasar daging sapi, di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Rabu (12/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jabar Ahmad Heryawan prihatin dengan terjadinya tragedi Mina beberapa waktu lalu. Karena itu, Heryawan yang akrab disapa Aher mengusulkan fikih prioritas untuk mencegah tragedi Mina terulang kembali.

Aher mengatakan, usulan ini merupakan hasil evaluasi pihaknya supaya ke depan tidak ada lagi perdebatan tentang waktu afdol dan waktu boleh.  "Fikih prioritas dimana keselamatan lebih diprioritaskan dari pada keafdolan dalam melaksanakan ibadah haji," ujar Aher di Gedung Pakuan, Bandung, Senin (5/10).

 

Menurut Aher, biasanya waktu afdol untuk lempar jumroh pada tanggal 10 zulhijah itu setelah dhuha. Maka, sangat bagus melempar jumroh setelah waktu afdol sekitar pukul 11-12 waktu afdolnya setelah dzuhur sampai magrib.

"Nah, lebih baik setelah subuh agar lebih tertib dan aman," katanya.

Rencananya, kata dia, untuk mengusulkan hal ini secara resmi pihaknya akan mengadakan seminar mengundang ulama-ulama guna membahas fikih prioritas dalam melaksanakan ibadah haji.

Aher sendiri saat tragedi itu berlangsung menuju tempat jumrah lewat terowongan Muasin yang khusus untuk jamaah haji asal Asia Tenggara. Sekitar pukul 9.30, Ia kembali ke tenda, lalu mendengar kabar dari sejumlah jamaah ada kejadian desak-desakan di terowongan 204.

"Terowongan 204 itu khusus jamaah dari Timur Tengah, Iran, Mesir. Saya mendapat informasi dari kepala Daker (daerah kerja) kalau yang meninggal hanya 1 orang dari Indonesia, dan itu bukan jalur Indonesia," katanya.

Pukul 11 siang, kata dia, laporan padanya makin bertambah karena jamaah mengatakan ada banyak anggota rombongan jumrah yang belum ada kabar sampai siang itu. "Terutama dari kloter 61 yang KBIH Persis," katanya.

Menurutnya sampai hari ini, sudah ada 100 orang meninggal dunia asal Indonesia, 46 diantaranya dari Jabar dan 17 jamaah dilaporkan masih hilang. "Ini takdir yang kita tidak tahu, saya mengucapkan bela sungkawa sedalam-dalamnya, semoga jamaah yang menjadi korban meninggal syuhada," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement