Ahad 25 Oct 2015 21:27 WIB

Tiga Faktor Penyebab Jumlah Jamaah Haji Wafat Meningkat

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Agung Sasongko
Jamaah melaksanakan ibadah tawaf di Masjidil Haram, Makkah, Sabtu (12/9).  (foto : AP)
Jamaah melaksanakan ibadah tawaf di Masjidil Haram, Makkah, Sabtu (12/9). (foto : AP)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Fidiansjah menyebut sejumlah kendala mempengaruhi angka kematian jamaah haji. Salah satu kendala itu faktor Istitha'ah (kemampuan kesehatan haji).

Menurutnya, upaya menyuarakan status kesehatan dapat berimbas pada angka kematian terus dilakukan. Namun, pemahaman umum masalah ini berujung pada masalah takdir.

"Kami tidak bisa menentukan orang meninggal atau sakit tapi kami memiliki statistik ilmiah yang bisa memberikan ulasan bahwa dalam kondisi tertentu (seseorang) sudah bukan golongan istitha'ah," ujarnya, Ahad (25/10).

Fidiansjah menjelaskan, tahun ini terjadi peningkatan jamaah resiko tinggi (risti). Tahun lalu, jamaah risti berjumlah 53 persen dari seluruh jamaah haji Indonesia. Kini jumlah jamaah risti mencapai 62 persen. Faktor risiko tersebut lantas ditoleransi.

"Itu menjadi tantangan tersendiri. Artinya, kami mendapat masukan jamaah yang termasuk dalam resiko tinggi," ujarnya.

Kendala berikutnya, ujar Fidiansjah terdapat faktor cuaca. Pada musim haji kali ini, cuaca di Arab Saudi dalam kondisi ekstrim dengan cuaca panas mencapai 53 derajat celsius. "Jangankan orang sakit, orang sehat saja bisa ambruk dengan kondisi cuaca seperti itu," katanya.

Dengan mempertimbangkan statistik, pihaknya sudah melakukan antisipasi. Meski begitu, ia akui tidak bisa melakukan rekayasa yang lebih optimal karena faktor-faktor yang tidak bisa dihindari seperti istitha'ah dan cuaca.  "Peningkatan ini sudah diprediksi dengan antisipasi maksimal yang bisa diberikan," ujarnya.

Selain itu, terdapat faktor di luar aspek kesehatan. Risiko kematian dari status kesehatan ditambah dengan iklim yang berdampak pada kesehatan akan semakin meningkat kalau hal pendukung tidak kondusif.  "Pada gelombang pertama sudah diingatkan kondisi kendaraan dari Madinah ke Makkah tidak kondusif bagi jamaah. Bus tidak ada AC dan mogok. Orang sehat saja bisa terdampak apalagi resiko tinggi," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement