Ahad 21 Aug 2016 06:43 WIB

Hajinya Cicit Pangeran Rangsang

Rapat Sarekat Islam di Kaliwungu, Jawa Tengah.
Foto:
Penganut Islam Aboge (Alif Rebo Wage) di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Setelah membaca kisah itu, Muhsarno kemudian berpikir mengenai kebenaran klaim dari leluhurnya bahwa orang Jawa tak perlu berhaji. Batinnya bertanya: Kalau tidak perlu mengapa Sultan Agung mengirimkan utusan untuk meminta restu kepada Syarif Makkah?

Kesimpulan dia, dasar pesan itu hanyalah khayalan sebagian leluhurnya saja. Buktinya, leluhurnya yang sangat dicintainya, yakni Pangeran Rangsang, malah mengutus dutanya untuk pergi ke Tanah Suci. Dan, semenjak itulah segala anggapan yang buruk tentang sosok haji dan model ideal 'kiai buto' disingkirkannya jauh-jauh. Ritual 'nanggap' wayang di bawah pohon Klepu juga tak dilakukannya lagi. Kalaupun masih wayangan sifatnya hanya untuk hiburan belaka.

"Sakmeniko kula sampun Islam,'' begitulah jawab Sarno ketika diajak menjalani 'ritual' lamanya. Nah, dengan sebulan lamanya tinggal di Makkah untuk berhaji, Muhsarno kembali menemui pesan sejati dari leluhurnya. Sebutan Pak Haji Muhsarno lebih menarik hatinya daripada sebutan gelar raden yang juga berhak disandangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement