Selasa 24 Jul 2018 12:30 WIB

Produksi dan Distribusi Katering Jamaah Haji Jadi Perhatian

Dua hari lagi jamaah di Madinah akan didorong ke Makkah.

Seorang pegawai katering mendistribusikan makan siang bagi jamaah haji Indonesia di Hotel Jauharat Uhud, Madinah.
Foto: Republika/Ani Nursalikah
Seorang pegawai katering mendistribusikan makan siang bagi jamaah haji Indonesia di Hotel Jauharat Uhud, Madinah.

IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Daerah Kerja (Daker) Makkah bersiap menyambut kedatangan jamaah haji. Dalam waktu dekat, jamaah gelombang pertama akan memasuki tanah kelahiran Rasulullah tersebut.

Tim katering Daker Makkah terus memperhatikan kesiapan dapur produksi makanan yang tersebar di sejumlah wilayah. “Alhamdulillah dari 36 katering rata-rata sudah siap, sementara bahan baku yang kurang akan dilengkapi secepatnya,” ujar Kepala Seksi Katering Daker Makkah Evy Nuryana saat mengunjungi Bin Marta Catering di Jabal Nur, sebelah timur laut Kota Makkah, Senin (24/7).

Terkait mekanisme pengawasan, ia memberi perhatian lebih pada aspek produksi dan distribusi makanan. Aspek produksi di antaranya, bahan baku yang digunakan, tempat, dan alat masak Kebersihan petugas juga tak luput dari pengawasan. Petugas katering dan kesehatan selalu memperhatikan rambut dan kuku.

Ketika bekerja, rambut mereka harus pendek dan tertutup sehingga tidak ada yang rontok mengotori makanan. Kuku wajib pendek karena dikhawatirkan menyimpan kotoran yang mengurangi kebersihan.

Hal lain yang menjadi perhatian produksi adalah penempatan bahan. Jangan sampai bahan masakan diletakkan satu tempat dengan pembersih. Dalam kunjungan ke sejumlah dapur, tim katering dan kesehatan selalu menekankan hal tersebut.

Sejak kedatangan ke Makkah, jamaah sudah mendapatkan makan dalam boks. Katering berhenti memproduksi makanan pada Kamis, 4 Dzulhijjah 1439 atau bertepatan dengan 16 Agustus 2018. Pada tanggal itu sampai tiga hari kemudian, kondisi Makkah sudah sangat padat. Kendaraan bermotor dilarang melintasi jalan di Makkah.

Pada 8 Dzulhijjah (Selasa, 28 Agustus) jamaah bergerak ke Arafah. Ketika itu mereka mendapatkan makanan. Selama wukuf, jamaah mendapatkan makan. Katering akan masak di dekat Arafah menggunakan kayu bakar.

Jamaah kembali tidak mendapatkan makan pada 14 dan 15 Dzulhijjah (26 dan 27 Agustus). “Selama katering tidak beroperasi jamaah dipersilakan membeli makan sendiri,” kata Evy.

Sehari kemudian (Selasa, 28 Agustus), dapur katering kembali memproduksi dan mendistribusikan makanan jamaah.

photo
k

Bin Marta Catering terletak di wilayah Jabal Nur, Makkah, merupakan salah satu dari 36 katering di Makkah yang menyediakan konsumsi jamaah haji Indonesia. Kepala dapur Bin Marta Catering, Karma Senam Zain, menjelaskan akan menyiapkan 6.000 porsi tiap jam makan atau 12 ribu porsi untuk makan siang dan malam. Ia optimistis mampu memenuhi target kerja.

“Kami memiliki tujuh juru masak, enam tenaga penyiap bahan baku, dan 30 tenaga pengemas makanan,” ujar Karma.

Sejumlah bahan baku makanan asal Indonesia juga tampak memenuhi gudang penyimpanan. Mulai dari kecap, saos, dan bumbu-bumbu khas Indonesia. “Bahkan ada pula nangka, daun salam, dan jeruk purut khas Indonesia,” kata Kepala Daker Makkah, Endang Jumali di lokasi yang sama.

Dia mengimbau jamaah tidak membawa uang berlebih saat menunaikan ibadah haji. Harga makanan di Makkah juga terjangkau. Berdasarkan pengalaman haji sebelumnya, jamaah biasa membeli makanan di sekitar area penginapan.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama menjanjikan, hidangan yang bakal disantap jamaah haji tahun ini bercita rasa Nusantara. Hal itu dilakukan dengan cara mendorong pengelola katering memanfaatkan bumbu masak khas Nusantara. Lauk-pauk seperti ikan patin didatangkan dari Indonesia dan wilayah Asia Tenggara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement