IHRAM.CO.ID, JEDDAH — Bagian penting dari sejarah Arab Saudi dapat ditemukan di empat apartemen di Jeddah. Tempat itu berisi sejuta salinan surat kabar tua dan puluhan ribu majalah, foto, dan rekaman kaset tentang Saudi.
Pemilik Museum Pages from History, Jaber Abdullah al-Ghamdi, percaya apabila negara gagal melestarikan sejarah yang termuat di koran selama 15 tahun mendatang, maka bangsa itu berisiko kehilangan identitas nasionalnya.
“Selama 70 atau 80 tahun terakhir, surat kabar telah mendokumentasikan sejarah kami dan melestarikan tradisi kami,” kata Al-Ghamdi dilasir di Arab News, Jumat (26/4).
Al-Ghamdi telah mengunjungi banyak kementerian dan lembaga pemerintah, tetapi tidak menemukan dokumentasi surat kabar yang menunjukkan identitas sejarah. Bahkan, Kementerian Pendidikan, dan Kementerian Haji dan Umrah tidak memiliki dokumentasi itu.
Al-Ghamdi telah berbicara dengan menteri haji dan umrah tentang pernyataan resmi yang menjelaskan ekspansi di tempat-tempat suci.
”Upaya besar Kerajaan dalam hal itu cukup jelas bagi pengunjung ke tempat-tempat ini, atau melalui saluran TV, tetapi bagaimana dengan masa lalu? Orang-orang di mana-mana akan senang melihat bagaimana situs-situs suci, haji dan umrah dulu,” ujar dia.
Menurut dia, orang-orang akan bangga jika menemukan berita bahwa surat kabar Amerika Serikat (AS) memberitakan ibadah haji setiap tahun sejak 1885.
Museum Pages of History menyimpan file pers yang mendokumentasikan ibadah haji sejak awal era Saudi. “Kata-kata saya didasarkan pada dokumen, kami memiliki di sini sebuah casebook (buku teks) yang terdokumentasi tentang haji dari 1925 hingga 2009,” kata al-Ghamdi.
Museum itu juga memiliki statistik tentang ibadah haji dari tahun ke tahun. Misalnya, dokumen-dokumen yang menunjukkan jumlah jamaah asing pada 1949 sebesar 29 ribu orang. Kemudian, Saudi mampu menampung jutaan jamaah haji saat ini. Hal itu merupakan upaya dan pencapaian luar biasa dari Saudi.
Al-Ghamdi mengatakan museumnya tidak hanya menyimpan dokumentasi surat kabar semata. Dia menganggap koran dan majalah itu lebih dari sekadar kertas, sebab mereka adalah dokumen sejarah yang signifikan.
Dia beranggapan, sebuah berita politik, budaya atau sosial yang diterbitkan di surat kabar di bawah pengawasan negara, maka dapat menjadi sumber informasi resmi. Bahkan, setelah 50 tahun berlalu.
Al-Ghamdi memulai kegiatan pendokumentasian hampir 20 tahun lalu. Saat itu, dia adalah anggota staf Perpustakaan Umum Raja Abdul Aziz (KAPL) dan Perpustakaan Nasional Raja Fahd (KFNL).
“Saya dulu membeli arsip dan seluruh perpustakaan pribadi dari Mesir dan banyak negara lain, dan membawanya ke perpustakaan nasional,” ujar dia.
Pria berusian 60an tahun itu mengenang pernah membantu temannya menulis buku tentang karya sastra di wilayah Hijaz. Dia terkejut hanya menemukan dua sumber yang bisa diakses. Peristiwa itu terjadi pada 1995, atau hari terakhir dirinya bekerja di KFNL.
Kemudian, dia mulai membeli perpustakaan dan menemukan banyak dokumen tentang pendiri Arab Saudi, Raja Abdul Aziz. “Hampir satu juta dokumen dengan nilai tak ternilai bagi sejarah Arab Saudi,” kata al-Ghamdi.
Dia segera berdiskusi dengan Yayasan Raja Abdul Aziz untuk Penelitian dan Arsip yang berhasil mengumpulkan dokumen. Kumpulan dokumen itu adalah mata rantai yang hilang dalam sejarah Raja Abdul Aziz.
Museum Pages from History di Jeddah/ Arabnews
Ada pun halaman pers yang mendokumentasikan sejarah Arab Saudi dan para pemimpinnya, al-Ghamdi mulai dengan arsip hampir 500 ribu salinan surat kabar atau dari awal surat kabar al-Bilad didirikan pada 1932 hingga 1960. “Saya bekerja lebih dari delapan hingga 10 jam sehari, sampai saya berhasil membuat koleksi referensi tentang Raja Abdul Aziz dan putra-putranya,” ujat dia.
Dia mencontohkan telah menyiapkan 450 halaman dokumen tentang Raja Faisal yang berisi berita, laporan, prestasi, dan dekrit-dektit kerajaan sejak diangkat sebagai putra mahkota hingga naik takhta pada 1964.
Al-Ghamdi mengatakan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud adalah salah satu penggemar surat kabar. Karena itu, dia menyarakan pada kolumnis yang ingin menulis tentang negara, entitas pemerintah, sejarah Raja Abdulaziz, atau bahkan garis keturunan suku di Arab, maka harus benar-benar memahami isu itu.
Al-Ghamdi mengatakan museumnya berisi lebih dari 2.500 halaman surat kabar tentang Raja Salman. Dokumentasi itu berisi posisi pertamanya sebagai wakil gubernur, gubernur Riyadh pada 1954-1955, menteri pertahanan, putra mahkota, dan raja Arab Saudi. “Kami telah mendokumentasikan semua prestasinya. Hubungannya dengan saudara-saudaranya,” ujar dia.
Al-Ghamdi berharap pejabat di kementerian dan organisasi besar, seperti kementerian media, kementerian budaya, Saudi Aramco, Darah, KFNL, KAPL, dan banyak lainnya menunjukkan berpartisipasi dalam pendokumentasiaan sejarah negara.
Dia menyewa empat apartemen berukuran total 800 meter persegi. Dia berambisi memiliki situs yang dapat menyimpan dokumen-dokumen itu dengan aman untuk generasi yang akan datang.
Al-Ghamdi baru saja menerima lisensi dari Komisi Saudi untuk Pariwisata dan Warisan Nasional (SCTH), tetapi dia berharap diberi ruang oleh SCTH atau Kota Jeddah. “Saya membutuhkan tempat setidaknya 2.500 meter persegi, di mana kita dapat menampilkan sejarah Arab Saudi di semua tingkatan,” kata Al-Ghamdi.