Kamis 20 May 2021 05:03 WIB

Sejarah AS Memblokir Resolusi PBB Terhadap Israel

AS memang menganakemaskan Israel m begitu juga semua presidennya tanpa terkecuali

Ilustrasi: Israel anak emas Amerika Serikat.
Foto:

Menuntut diakhirinya kekerasan Israel-Palestina selama Intifada Kedua

Intifada Kedua, atau pemberontakan Palestina, dimulai pada 28 September 2000, ketika pemimpin oposisi Israel saat itu Ariel Sharon, ditemani oleh angkatan bersenjata berat, memasuki kompleks Masjid al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki.

Tindakan provokatif tersebut memicu rasa frustrasi yang sudah lama membara atas kegagalan janji Kesepakatan Oslo untuk mengakhiri pendudukan Israel atas tanah Palestina.

Kesepakatan Oslo ditandatangani oleh pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina Yasser Arafat dan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin pada tahun 1993. Namun pendudukan berlanjut hingga tahun 2000, dengan permukiman Israel meningkat dan kedaulatan Palestina tidak terlihat.

 Pada bulan Desember 2001, serangkaian pemboman bunuh diri membuat Israel membalas dengan menghancurkan sebagian besar markas Arafat di Ramallah, yang pada dasarnya memaksanya menjadi tahanan rumah. Intifada Kedua, periode ketegangan Israel-Palestina yang meningkat, dimulai pada akhir September 2000.

Berbeda dengan Intifadah Pertama pada akhir 1980-an dan awal 1990-an yang sebagian besar damai, Intifada Kedua sangat kejam, dengan kelompok bersenjata Palestina menyerang pasukan Israel dan peningkatan tajam dalam serangan bunuh diri terhadap pusat-pusat sipil Israel.

Korban tewas mencapai lebih dari 3.000 orang Palestina dan hampir 1.000 orang Israel, bersama dengan 45 orang asing, menurut penghitungan BBC.

Sebuah draf resolusi DK PBB (PDF) dari Desember 2001 menyatakan "keprihatinan besar atas kelanjutan peristiwa tragis dan kekerasan yang telah terjadi sejak September 2000", mengutuk serangan terhadap warga sipil dan menyerukan agar pembicaraan damai dilanjutkan.

Saat memveto resolusi tersebut, Duta Besar AS untuk PBB John Negroponte mengatakan “draf resolusi sebelum kami gagal untuk mengatasi dinamika yang bekerja di kawasan. Sebaliknya, tujuannya adalah untuk mengisolasi secara politis salah satu pihak."

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement