Ahad 27 Jun 2021 10:09 WIB

Nilai Mata Uang Ambruk, Demonstran Lebanon Serbu Bank

Pengunjuk Rasa Lebanon Serbu Bank Usai Nilai Mata Uang Ambruk

 Pedagang berteriak untuk mengumumkan diskon untuk selada dan sayuran lainnya untuk persiapan Ramadhan di sebuah pasar di Beirut, Lebanon, Senin, 12 April 2021.
Foto: AP/Hassan Ammar
Pedagang berteriak untuk mengumumkan diskon untuk selada dan sayuran lainnya untuk persiapan Ramadhan di sebuah pasar di Beirut, Lebanon, Senin, 12 April 2021.

IHRAM.CO.ID, BEIRUT--Mata uang nasional Lebanon jatuh ke rekor terendahnya terhadap dolar AS di pasar gelap. Hal ini menambah beban krisis ekonomi yang menghabiskan tabungan dan meningkatkan biaya hidup masyarakat sehingga mendorong unjuk rasa besar-besaran di negara itu.  

Sejak 1997 poundsterling Lebanon dipatok 1.507 terhadap dolar AS. Tapi krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade telah mendorong nilai dolar AS di pasar gelap.

Ahad (27/6) Deutsche Welle melaporkan tempat tukar uang mengatakan di pasar gelap poundsterling Lebanon diperdagangkan 17.100 hingga 17.500 per dolar AS. Sementara sejumlah pengguna media sosial mengatakan nilainya sudah jatuh hingga 18.000 pound. 

Ini kedua kalinya pound Lebanon jatuh ke titik terendahnya terhadap dolar AS. Sejak krisis ekonomi terjadi pada 2019 lalu pound Lebanon kehilangan 90 persen nilainya terhadap dolar AS. 

Ahad (27/6) kantor berita Lebanon, National News Agency (NNA) melaporkan pengunjuk rasa menyerbu cabang bank sental di Kota Tripoli saat protes depresiasi mata uang dan 'sulitnya kondisi hidup'.  Sejumlah demonstran berhasil menerobos masuk dan tiba di halaman bank tapi tentara mencegah mereka masuk ke gedung. 

Para pengunjuk rasa juga membakar ban di depan kantor pemerintah. Beberapa orang mencoba masuk ke dalam rumah dua orang anggota parlemen tapi mereka dihentikan pasukan keamanan. 

NNA melaporkan pengunjuk rasa di selatan Kota Slidon juga berusaha masuk ke dalam kantor cabang bank sentral. Demonstran dilaporkan berhasil mendorong petugas keamanan yang berjaga di sana. 

Unjuk rasa juga terjadi di mana-mana di Ibukota Beirut, sementara sejumlah demonstran turun ke jalan dan membakar ban. Sabtu (26/6) kemarin rakyat Lebanon kesulitan mengisi bensin mobil mereka setelah pemerintah sementara negara itu mengurangi subsidi bahan bakar. 

Terlihat antrian panjang di depan pengisian bensin di Beirut. Dilaporkan satu mobil harus menunggu selama dua jam lebih untuk mendapatkan setengah liter bensin. Surat kabar Al Joumhouria mengunggah video yang menunjukkan dua orang pria berkelahi di pom bensin. 

Pemerintah sementara mengatakan kelangkaan disebabkan karena Lebanon kekurangan cadangan mata uang asing yang diperlukan untuk mengimpor bahan bakar. Krisis finansial Lebanon mulai di mulai 2019 tapi diperkirakan penyebabnya jauh lebih awal.

Usai perang sipil 1975 hingga 1990 pemerintah menumpuk hutang yang setara 150 persen dari output nasional. Instabilitas politik, korupsi dan salah kelola membuat tidak ada yang dihasilkan dari uang pinjaman kecuali sejumlah gedung pencakar langit di Beirut.  

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement