Harapan lain, ungkapnya, agar apa yang dilakukan lembaga zakat berbasis masyarakat dalam bentuk ormas ini dapat menjadi model, sehingga negara bisa menerapkan model yang diterapkan lembaga zakat yang sampai saat ini sudah teruji efektifitas dan efisiensinya, relatif cukup kuat dalam membantu meringankan beban kemiskinan atau keterbatasan yang dirasakan masyarakat akibat pandemi.
Menurut Bambang, perbaikan dan pengoptimalan yang perlu dilakukan untuk memaksimalkan Ziswaf adalah memperbaiki regulasi yang saat ini masih belum memaksimalkan porsi dan peran konsolidasi, akibatnya, partisipasi masyarakat menjadi terbatas karena banyaknya persyarakatan yang perlu dipenuhi masyarakat sebelum dapat berkontribusi dan bergabung dalam pengelolaan Ziswaf.
Selain itu, komunikasi antar lembaga, pemerintah dan masyarakat dalam mengelola bantuan yang diberikan juga masih perlu perbaikan, ujarnya, berharap agar komunikasi dan koordinasi dapat lebih padu dan tertata.
Penyediaan literasi yang cukup bagi masyarakat juga penting untuk mengoptimalkan peran Ziswaf dan meningkatkan kesadaran untuk berbagi, kata dia. Melalui literasi, masyarakat dapat lebih mudah dalam mengkaji produk-produk Ziswaf yang sedang berlangsung atau telah terlaksana di Indonesia.
“Kita tentu memerlukan kerjasama yang cukup dengan para akademi dan lembaga riset, juga menuntut lembaga-lembaga zakat agar menyiapkan format pengelolaan dana zakat berbasis dasar-dasar metodologi yang memudahkan penelitian. Jika Literasi ini bisa dibuat dalam berbagai format seperti jurnal, ficer, maupun format lain, tentu gerakan ziswaf akan lebih produktif dan bisa diserap lebih mudah oleh masyarakat,” ujarnya.
Kanal atau jalur untuk membangun komunikasi dan sosialisasi, katanya, juga perlu dioptimalkan, mulai dari pemberitaan, konten sosial media, animasi, ataupun bentuk sosialisasi lain yang dapat memaksimalkan sosialisasi dan kampanye Ziswaf di kanal-kanal digital.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
