Selasa 03 Aug 2021 00:15 WIB

KH Zainal Mustafa Menggerakkan Pesantren di Tanah Sunda (I)

Melalui khutbah-khutbahnya, KH Zainal Mustafa tegas menolak kolonialisme

Ilustrasi Pondok Pesantren
Foto:

Prosesi itu dilakukan untuk memberi hormat kepada kaisar Jepang. Caranya, membungkukkan diri (seperti gerakan rukuk dalam shalat) ke arah matahari terbit. Perbuatan tersebut jelas-jelas musyrik. Tak hanya Kiai Zainal. Sang pendiri NU, Kiai Hasyim Asy'ari, serta seluruh ulama Nusantara juga menolak praktik-praktik seikerei.

Pernah dalam suatu upacara di lapangan Singaparna, para peserta yang diundang. Di antara hadirin terdapat Kiai Zainal. Mereka dipaksa polisi Jepang untuk melakukan seikerei. Tiap kepala dibidik todongan senjata. Kebanyakan mereka tidak kuasa menolak karena merasa nyawanya terancam.

Namun, Kiai Zainal dengan tetap duduk dengan tenang. Dengan sikapnya itu, dia menolak melakukan seikerei. Situasi tegang pun terjadi. Aparat keamanan Jepang bentrok dengan para pengikut sang ulama.

Ada suatu cerita masyhur menuturkan, ketika menolak seikerei itu, Kiai Zainal sempat ditembak. Namun, tembakan serdadu Jepang itu tak membunuhnya.

Dalam masa pendudukan Jepang, Kiai Zainal menerima segala risiko demi tegaknya agama Allah dan kedaulatan bangsa Indonesia.

"Biarlah. Bebankan hal-hal yang berat dalam pemeriksaan tentara Jepang kepadaku. Jika terpaksa, boleh disebut nama kawanmu yang benar-benar syahid gugur dalam pertempuran atau sebut santri yang belajar kepadaku, ucap Kiai Zainal.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement