Kamis 02 Sep 2021 13:56 WIB

Depati Amir, Patriot Muslim dari Bangka (I)

Depati Amir lahir di Mendara, Pulau Bangka, pada 1805.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Depati Amir
Foto:

Seiring waktu, dominasi Belanda semakin menancap kuat di tengah struk tur sosial penduduk Bangka. Bersamaan dengan itu, pengaruh Kesul tanan Palembang di sana terus memudar. Kalangan elite lokal kerap ditekan untuk menjalin kerja sama dengan pe merintah kolonial, terutama dalam kaitannya dengan pertambangan timah.

Pada 1830, gubernur jenderal Hindia Belanda mengangkat Amir se bagai pengganti ayahnya di jabatan depati.Wilayah kekuasaannya antara lain ialah Jeruk, Mendara, dan Mentadai-semuanya di Pulau Bangka.

Bagaimanapun, menurut Erwiza, kedudukan itu diambilnya dengan terpaksa. Karena itu, Amir hanya bertahan tidak lama di sana. Ia akhirnya menjadi orang biasa yang bebas bersuara dan bertindak. Justru lantaran itu, ketokohannya di tengah masyarakat semakin meningkat.

Sejak itu pula, Belanda mulai memandangnya sebelah mata. Tanpa mengindahkan kearifan atau peraturan lokal, pemerintah kolonial bertindak sesuka hati atas tanah-tanah garapan.Parit-parit tambang timah digali di atas lahan milik keluarga Depati Amir.

Awalnya, perusahaan Belanda yang dengannya keluarga Amir bekerja sama berlaku cukup adil. Hasil pengelolaan yang ada dari tambang-tambang tersebut dibagi dua. Belakangan, pihaknya enggan memenuhi kewajiban untuk membayarkan hasil tambangnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement