Senin 20 Sep 2021 04:01 WIB

Tradisi Adzan Utsmaniyah dan Adzan Berbahasa Turki

Di Turki, Adzan memiliki keterkaitan erat dalam sejarah negeri tersebut.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Agung Sasongko
Orang-orang berjalan di depan Masjid Taksim yang baru dibangun di Alun-alun Taksim saat upacara pembukaan masjid dengan dihadiri oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (tidak dalam foto) di Istanbul, Turki, 28 Mei 2021.
Foto:

Sampai 1941, menurut Ketentuan no. 526/Kode Hukuman, otoritas kehakiman dan polisi menjatuhkan hukuman tiga bulan penjara dan denda, pada siapa pun yang mengumandangkan Adzan dalam bahasa Arab. Setelah tahun tersebut, Kepala Tarekat Sufi Tigani, Sheik Kamal Bilau Ughlo, dan penggantinya, Abdul-Rahman Balgi, memimpin kampanye mengumandangkan Adzan dalam bahasa Arab.

Pada 22 September 1948, Departemen Agama Turki mengeluarkan fatwa yang tegas, menyatakan Adzan berbahasa Arab tidak melanggar hukum. Dalam pemilihan sipil pertama yang bebas di Turki, Adnan Mandris mencalonkan diri untuk jabatan publik melawan penerus Ataturk, Ismat Inono, memfokuskan pemilihannya pada satu permintaan populer; menghapus Ketentuan no. 526/Kode Hukuman yang melarang Adzan berbahasa Arab.

Mandris menghancurkan lawannya dan membentuk pemerintahan sipil pertama. Tindakan pertamanya adalah sekali lagi melegitimasi Adzan dalam bahasa Arab pada 6 Juni 1950, bertepatan dengan hari pertama bulan suci Ramadhan.

Orang Turki memiliki kunci khusus untuk setiap Adzan. Di Istanbul, kunci shalat Subuh adalah Dilikchen Azaran (Al-Saba); kunci Sholat Zhuhur (Siang) adalah Raast dan Hijaz; untuk Sholat Ashar adalah Biatti, Ushaq dan Hijaz; untuk Sholat Maghrib (Matahari Terbenam), yaitu Hijaz, Raast, Sika dan Dujah. Adzan Sholat Isya (Malam) dikumandangkan pada kunci Hijaz, Biatti, Ushaq, Raast dan Nowa.

Pada akhir periode Ottoman, baik Al-Hafiz Jamal Effendi (Muazin Masjid Walda Sultan di Alun-Alun Aaq Saray) dan Al-Hafiz Sulayman Qarabajaq (Muazin Masjid Yanni Walda Sultan di Alun-Alun Askadar), adalah yang paling terkenal. Keduanya melantunkan Adzan dengan kunci yang sama dengan khatib Jumat (yang menyampaikan khotbah) membacakan ayat-ayat Al-Qur'an.

Departemen Agama Turki memikul tanggung jawab atas masalah-masalah keagamaan, setelah pembubaran Kementerian Pemakaman Islam pada tahun 1926. Departemen tersebut menghargai kebiasaan Utsmaniyah dalam mengangkat muazin untuk setiap masjid dan mengamati organisasi sesi pelatihan muazin dan acara tahunan kontes pemilihan muazin.

 

Akibatnya, sekelompok muadzin terkemuka dan bersuara merdu tak terhitung jumlahnya telah muncul untuk mengumandangkan Adzan di berbagai kota dan wilayah Turki. Bakir Biok Pash, Sherif Domann, Al-Hafiz Murad dan Muhammad Sefinsh mungkin yang paling terkenal di antara mereka.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement