Rabu 15 Jun 2022 13:30 WIB

Haji dan Perjalanan Arab Saudi Menghadapi Kondisi Pandemi Covid-19

Arab Saudi menutup haji dari jamaah luar negeri saat awal pandemi.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Haji dan Perjalanan Arab Saudi Menghadapi Kondisi Pandemi Covid-19. Foto:   Ilustrasi Jamaah haji dan umroh pakai masker di masa pandemi covid-19
Foto:

Hingga munculnya varian omicron pada 17 Juni 2020, hal ini dianggap sebagai hari puncak jumlah kasus baru harian di Kerajaan. Dengan penghitungan 4.919 kasus di hari itu tampak menakutkan, namun kondisi ini juga terbukti menjadi peristiwa penting dalam kronik perjuangan melawan virus corona di Arab Saudi.

Dalam arti tertentu, baik pada 17 Juni 2020 maupun 12 Januari 2022, adalah tanggal penting bagi orang Saudi untuk melihat kembali dan mengingat pertempuran negara dalam melawan musuh mikroskopis yang membuat dunia bertekuk lutut.

Adil untuk mengatakan sejumlah gelombang pertempuran, yang dimulai dengan kasus Covid-19 pertama pada 2 Maret, telah berubah mendukung kondisi Kerajaan setelah kedua tanggal di atas.

Arab Saudi adalah salah satu negara pertama di dunia yang mendirikan laboratorium untuk menguji Covid-19, dengan tes yang tersedia untuk siapa saja yang memiliki gejala mulai 5 Maret 2020 dan seterusnya. Selama lima bulan berikutnya, lebih dari 5 juta tes dilakukan dan pada Selasa (14/6) minggu ini, lebih dari 42,9 juta tes telah dilakukan.

Pada Februari ini, perjalanan ke dan dari negara-negara yang terinfeksi dengan cepat dibatasi, yang berpuncak pada larangan semua penerbangan internasional pada 15 Maret. Pembatasan perjalanan internal segera menyusul.

Dan pada 27 Februari, Arab Saudi mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya tetapi perlu, yaitu menangguhkan visa umrah untuk peziarah asing. Kerajaan juga memimpin dalam keputusan penutupan masjid.

Pertahanan Arab Saudi akhirnya dibobol pada 2 Maret, setelah dua warga yang telah kembali ke rumah terinfeksi dari Bahrain. Mereka abai dalam menyebutkan bahwa perjalanan mereka dimulai di Iran, sebuah negara yang sudah dalam cengkeraman penyakit.

Namun demikian, Arab Saudi, yang terakhir dari enam negara Dewan Kerjasama Teluk yang terkena virus, lebih siap daripada banyak negara untuk apa yang akan datang.

Sejumlah aplikasi ponsel pintar, dengan beberapa sudah mapan, sementara yang lain berkembang dengan cepat dalam menghadapi penyakit baru, memungkinkan warga dan penduduk untuk melaporkan gejala, memesan janji temu virtual dan mengakses jadwal tes atau pengujian.

Teknologi tersebut juga memainkan peran penting dalam pengelolaan haji. Sebagai penjaga situs tersuci Islam, Arab Saudi sangat menyadari konsekuensi bagi dirinya sendiri, wilayah dan seluruh planet jika gagal mengelola haji secara efektif.

Sebuah keputusan diambil kemudian dengan membatasi jumlah jamaah hanya 1.000, serta priotitas bagi yang belum pernah haji sebelumnya. Mereka yang mendapat izin dipilih dari warga negara dan orang asing yang sudah berada di Kerajaan. Penyaringan yang cermat, pemantauan dan manajemen yang fokus memastikan pelaksanaan ibadah haji berlalu tanpa satu kasus Covid-19.

Untuk musim haji tahun ini, Menteri Haji dan Umrah Saudi Dr. Tawfiq Al-Rabiah, mengatakan meski masih banyak tindakan pencegahan khusus yang dijalankan, keselamatan para peziarah dan kepulangan mereka yang aman ke negara mereka tetap menjadi tanggung jawab dan prioritasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement