Selasa 30 Aug 2016 09:33 WIB

Orang Indonesia Naik Haji, Kajian Peneliti Belanda Masa Kini

ihak maktab menyiapkan cindera mata bagi jamaah kloter SOC-35 yang tiba di Pemondokan 604 di Hotel Rehhal Mina, Sysiah, Makkah, Arab Saudi, Selasa (23/8). Republika/Didi Purwadi
Foto:
Foto Makkah 1850

Pejabat Hindia Belanda yang ingin membatasi jamaah haji karena mereka takut pengaruh 'fanatisme' agama, mengalah terhadap kepentingan ekonomi maskapai perkapalan ini. Maskapai-maskapai itu, tentu saja, tidak mengutamakan kesejahteraan jemaah haji; kapal diisi terlalu penuh dan kondisi makanan dan kesehatan kadang-kadang payah sekali.

Snouck Hurgronje berulang kali mengeluh kepada pemerintah mengenai situasi ini. Salah satu kasus yang disebutnya adalah kapal 'Gelderland', yang pada tahun 1890 (ketika wabah kolera melanda Makkah) membawa tidak kurang dari 700  orang dari Jeddah ke Batavia tanpa akomodasi memadai.

Dari mereka, 32 orang meninggal dunia di perjalanan; jumlah mereka pasti akan lebih banyak kalau konsul Belanda di Jeddah tidak memaksa kapten kapal agar membawa seorang dokter.

Kenaikan jumlah haji terlihat dalam tabel berikut.  Dari catatan konsul asing di Jeddah kita juga tahu perkiraan jumlah haji yang datang lewat laut dari negara lain (India, Mesir, Turki, dsb.). Ternyata orang Indonesia merupakan persentase yang cukup tinggi. Padahal bila dibandingkan jamaah lainnya jarak Nusantara/Hindia Belanda adalah yang terjauh,

Menurut Martin dari data yang berhasil dilacak, pada tahun 1853 ada 1.100 jamaah haji dari Indonesia mendarat di Makkah. Pada tahun 1858 jumlahnya naik menjadi 3900 orang. Jumlah ini terus bertambah dan hanya terjeda dengan sedikit orang Indonesia ke Makkah ketika 1916-1917 (ditengarai karena munculnya kembali wabah kholera, red). Saat itu jumlah jamaah haji Indonesia hanya mencapai 70 orang saja.

Setelah situasi normal, maka hingga tahun 1935 keadaanya kembali sepertis semua. Pada tahun 1930-31 tercatat ada 17 ribu jamaah (atau 42 persen dari jumlah jamaah haji di Makkah pada tahun itu).

Sedangkan pada tahun 1935-36 jumlahnya turun menjadi 4.000 jamaah atau porsinya mencapai 12 persen dair jumlah seluruh jamaah haji yan saat itu mencapai 34.000 orang. Kecenderungan penurunan ini akibat mulai terasanya resesi ekonomi dan alasan keamanan karena saa itu diambang perang dunia kedua.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement