Senin 30 Oct 2017 11:07 WIB

Navigator Arab Melayari Samudra Menuju Tanah Suci


Jamaah haji tempo dulu menggunakan angkutan kapal laut (ilustrasi).
Foto:
kapal haji di laut Merah.

Pada 1000 M, orang-orang Cina mengembangkan kemudi ‘stern-post aksial’. Penemuan tersebut menggantikan dayung yang rawan patah di laut lepas. Kemudi berengsel dengan anakannya membuat berlayar lebih mudah dan aman, terutama dalam cuaca buruk. Sedangkan baru pada abad ke-13 pelyaran di Laut Tengah, menggunakan kompas.

Navigasi para pelaut Arab mengandalkan inovasi ketiga dan keempat - "jari" dan kamal , dan kompas awal - untuk memperbaiki posisi di laut dan menetapkan jalan keluar dari pandangan daratan. Ahmad ibn Majid dan navigator sesamanya kala itu  menggunakan Bintang Kutub untuk menentukan garis lintang dengan tinggi di atas cakrawala.

Dengan menjaga Bintang Kutub pada ketinggian yang sama, seseorang bisa berlayar ke timur dan barat dengan garis lintang yang sama; tinggi itu bisa diukur dengan jumlah lebar jari lengan di antara cakrawala dan bintangnya. Cambay, misalnya, terbaring di garis lintang di mana Bintang Kutub itu meletakkan lebar 11 jari di atas cakrawala. (Metode ini lebih tepat daripada yang terlihat: Setiap "jari" dibagi menjadi delapan bagian.)

Metode lain untuk mengukur tinggi Bintang Kutub di atas cakrawala adalah dengan menggunakan kamal. Kamal adalah sekumpulan kecil kayu yang dilekatkan pada tali yang dikalibrasi oleh knot sepanjang panjangnya. Setiap simpul mewakili garis lintang dari port tertentu.

Sang navigator memegang kabelnya di giginya pada simpul tertentu dan memegangi kamal pada tingkat mata dengan panjang tali senar, menyelaraskan tepi bawah plak segi empat dengan cakrawala. Ketika tepi atas berpotongan dengan Bintang Kutub, kapal berada di garis lintang pelabuhan yang diinginkan. Jarak timur dan barat diukur dari waktu ke waktu, tidak berjam-jam melainkan setiap kenaikan tiga jam sekali dan diukur dengan pembakaran dupa standar yang dipersembahkan.

Di sisi lain navigator Portugis menemukan garis lintang dengan mengukur ketinggian matahari, bukan Bintang Kutub. Memperkirakan arah timur dan barat mereka dengan perhitungan mati. Saat masa kekuasaan Raja Manuel, tabel deklinasi matahari disusun untuk para pelaut, berdasarkan tabel serupa yang disiapkan oleh ilmuwan Arab pada pertengahan abad ke-13.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement