Senin 26 Aug 2019 16:00 WIB

Mengenal Teori Magnet dan Jabal Magnet

Jabal magnet adalah sebuah bukit yang berjarak sekira 60 kilometer dari Kota Madinah.

Jabal Magnet.
Foto: Republika/Zaky Al Hamzah
Jabal Magnet.

IHRAM.CO.ID, Oleh: Syahruddin el Fikri dari Madinah, Arab Saudi

Menyebut namanya, Jabal Magnet, hampir semua jamaah haji paham maksud dan arahnya. Bahkan, yang belum berhaji pun, sebagian sudah mendengar istilah ini.

Jabal magnet adalah sebuah bukit yang berjarak sekira 60 kilometer dari Kota Madinah. Konon dan sangat dipercaya, ada magnet besar yang terkandung di bukit ini. Sehingga jalan yang nampaknya menanjak, namun kendaraan tetap akan melaju, kendati mesin dimatikan. Atau bila kendaraan di putar balik, kendaraan akan berjalan mundur.

Kecepatan maju atau mundurnya bisa sangat luar biasa. Ada yang percaya, kecepatannya bisa sekelebatan, wusss, 120 kilometer per jam.

Mungkin ini pendapat yang amat sangat berlebihan. Yang pasti, kendaraan tampak akan melawan arus ‘kekuatan besar’, yakni semacam melawan gravitasi, sebuah toeri yang dikemukakan oleh Alberts Einstein).

Sebelum membahas soal Jabal Magnet, ada baiknya mengenal teori magnet, benda yang mampu ditarik dan ditolak oleh magnet, dan daerah yang dikenal mengandung magnet.

Saya bukanlah seorang ilmuwan, bukan ahli fisika, apalagi menyangkut soal magnet ini. Saya tidak punya kapasitas untuk itu. Namun, rasa penasaran yang membuat saya menulis artikel ini terkait Jabal Magnet yang berada di Kota Madinah. Saya percaya, apa yang tertulis ini masih jauh dari sempurna. Paling tidak, kita mampu berkontribusi memberi sebuah pendapat yang mungkin bisa dijadikan rujukan.

Saya dan rombongan tim Media Center Haji (MCH), berjumlah sekira 12 orang ditambah sopir, berkunjung ke Jabal Magnet pada Kamis, 22 Agustus 2019. Walaupun untuk nama ini, hanya sebagian warga Madinah menyebut nama tersebut. Mungkin mereka lebih mengenalnya dengan nama Wadi al-Baidha atau Mantiqa al-Baidha (lembah putih).

Tentu saja, kami datang ke sana bukan sebatas reportase (liputan), atau menikmati pemandangan di sekitarnya. Lebih dari itu, walau tidak semua bertujuan melakukan reportase, tetapi beberapa di antaranya benar-benar ingin menguji keabsahan atau kesahihan soal daerah yang disebut mengandung magnet ini.

Benarkah di Jabal Magnet ini ada magnetnya sehingga membuat ratusan ribu bahkan mungkin jutaan orang memercayainya?

Menurut teori Albert Einstein, sebuah benda akan melawan arus kebalikannya karena adanya gaya gravitasi. Einstein mengatakan, buah apel yang dilempar ke atas, pasti akan tetap jatuh ke tanah. Hal ini disebabkan adanya gaya gravitasi, semacam daya tarik.

Daya tarik dalam teori umum, selain disebut dengan gaya gravitasi adalah magnet. Magnet berasal dari bahasa Yunani, magnitis lithos yang berrati matu magnesium. Magnesia adalah nama sebuha wilayah di Yunani pada masa lalu yang kini namanya berubah menjadi Manisa, dan masuk dalam wilayah Turki. Di lokasi ini terkandung batu magnet yang sudah ditemukan sejak dulu kala.

Magnet adalah ‘sesuatu’ yang mampu menarik benda-benda yang terdapat di sekitarnya. Benda-benda yang ditarik oleh magnet itu antara lain biji besi, logam, baja, platina, tembaga, garam, dan lainnya yang mengandung unsur magnet (daya tarik). Selain benda tersebut, mampukah magnet menarik kertas, air, atau benda-benda yang secara teori kasat mata tidak memiliki unsur magnet? Tentu saja tidak.

Ada tiga teori mengenai magnet ini pada benda. Pertama, namanya ferromagnetic, yakni benda yang dapat ditarik oleh magnet dengan kuat. Contohnya, besi, baha, nikel, dan kobalt.

Kedua, namanya paramagnetic, yakni benda yang bisa ditarik oleh magnet, tetapi sangat lemah. Contohnya, platina, tembaga, dan garam. Dan yang ketiga, adalah diamagnetic yakni benda yang ditolak oleh magnet. Contohnya, timah, aluminium, emas, dan bismuth.

Lalu bagaimana bila ada campuran pada benda unsur ferromagnetic dan paramagnetic atau bahkan diamagnetic, masihkan magnet akan menariknya? Tentu menarik mengulas hal ini. Seorang ilmuwan biasanya tidak akan mudah percaya sebelum ia melihat hasilnya dan membuktikannya sendiri.

Para ilmuwan, tentu akan menguji kesahihannya. Menguji validitasnya. Benarkah di Jabal Magnet ini benar-benar mengandung magnet atau ia hanya merupakan ilusi optik (penglihatan mata) saja?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement