Tantangan Mendirikan Sekolah Khusus Muslimah
Wacana emansipasi terhadap perempuan tidak hanya monopoli kaum hawa, tetapi juga laki-laki. Di Indonesia, berbagai tokoh menyuarakan kesempatan yang sama bagi kaum perempuan untuk mengakses pendidikan. Terkait itu, salah seorang figur yang vokal ialah KH Nachrowi Thohir.
Sejarah mencatatnya bukan hanya selaku salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), melainkan juga tokoh pendidikan nasional. Sejak masih belia, Kiai Nachrowi Thohir sudah bertungkus lumus dalam dunia pesantren, baik sebagai santri maupun pengajar. Dengan dukungan mertuanya, KH Abdul Hadi, pada 1921 ia pun mendirikan sekolah for mal Islami yang dinamakannya Madrasah Muslimin Nahdlatul Wathan (NW).
Dalam praktiknya, lembaga tersebut hanya membuka akses pendidikan untuk murid pria. Padahal, sedari awal Kiai Nachrowi bervisi kemajuan generasi Muslimin, baik kaum lelaki maupun perempuan. Karena itu, pendidikan sudah sepatutnya juga dinikmati Muslimah. Ternyata, perjuangannya tidak mudah.
Kiai Thohir sempat mengundang sejumlah orang tua murid Madrasah Muslimin NW untuk mengungkapkan idenya, mendirikan madrasah khusus perempuan. Banyak pihak yang kemudian menentang gagasan tersebut.
Dalam tesisnya yang berjudul Peran KH Nachrowi Thohir dalam Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam di Malang Periode 1923-1980, Bachtiar Abdi Irawan Hakim menjelaskan sejumlah tantangan yang dihadapi Kiai Nachrowi saat itu.