Jumat 03 Sep 2021 13:26 WIB

KH Ahmad Umar Mangkuyudan, Sufi Penjaga Alquran (III-Habis)

Kiai Umar sendiri memberikan teladan bagi murid-muridnya serta masyarakat sekalian.

[ilustrasi] Sekolompok santri
Foto:

Kiai Umar beralasan, dirinya tidak bisa ke kantor setiap hari karena harus mengajar para santri. Akhirnya, pihak pemkot menawarkan jalan tengah. Kiai Umar tetap diangkat menjadi PNS meskipun tanpa harus ke kantor setiap hari. Bahkan, gaji untuknya tiap bulan diantar langsung ke rumahnya.

Hal itu menunjukkan, ulama ke lahiran tahun 1916 itu lebih mengutamakan dakwah dan pendidikan daripada prestise jabatan. Ia memang tetap menerima posisi sebagai kepala peng adilan agama di Solo, tetapi yang demikian itu sebagai bentuk peng amal an ilmuilmunya di tengah masyarakat.

Sebagai mursyid tarekat, Kiai Umar konon hingga wafatnya tidak pernah mengangkat seorang murid pun. Sebab, dirinya memang amat hati-hati dalam memberikan ijazah sanad. Begitu pula dalam hal sanad ilmu Alquran. Walaupun jumlah murid Tahfizhul Qur'an-nya mencapai ribuan orang, hanya beberapa gelintir santri yang kemudian diketahui telah mendapatkan ijazah sanad darinya.

Memang, sang alim telah menetapkan persyaratan yang begitu ketat bagi santri-santrinya yang hendak memperoleh ijazah Alquran darinya. Di antara syaratsyarat utama itu adalah seputar akhlak, ketekunan dalam beribadah, serta kesungguhan dalam mengaji.

Kiai Umar sendiri memberikan teladan bagi murid-muridnya serta masyarakat sekalian. Ia terkenal sebagai pribadi yang tawadhu, sabar, dan penyayang. Terhadap orang kecil, semisal tukang becak, ia tak segansegan menyapa terlebih dahulu.

Ketika Idul Adha, umpamanya, ia sampai-sampai membeli sendiri daging kambing di pasar dan membagikannya kepada yang belum kebagian daging kurban.

 

 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement