Bhat menambahkan bahwa, diskusi tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang mempengaruhi umat Islam adalah fungsi keagamaan inti dari setiap masjid agung. Penutupan masjid semakin memperdalam kemarahan umat Muslim terhadap pemerintah India yang didominasi oleh Hindu nasionalis.
Salah satu jamaah masjid, Bashir Ahmed (65 tahun) mengatakan, ketika masjid ditutup dia merasa hampa, karena tidak bisa beribadah di masjid lagi. “Ada perasaan yang terus-menerus muncul bahwa, ada sesuatu yang hilang dalam hidup saya,” ujar Ahmed, yang merupakan seorang pensiunan pegawai pemerintah.
Pihak berwenang India menilai masjid tersebut sebagai pusat masalah untuk aksi protes dan bentrokan, yang menentang kedaulatan India atas wilayah Kashmir yang disengketakan. Pihak berwenang India menolak untuk mengomentari pembatasan masjid. Di masa lalu, para pejabat pemerintah terpaksa menutup masjid karena pengurusnya tidak dapat menghentikan aksi protes anti-India.
Puluhan ribu warga sipil berulang kali turun ke jalan untuk memprotes pemerintahan India. Aksi protes kerap menyebabkan bentrokan mematikan antara penduduk sipil, dan pasukan India. Masjid agung dan daerah sekitarnya di jantung Srinagar menjadi pusat aksi protes.
Khutbah di Masjid Jamia sering membahas konflik yang telah lama memanas. Imam Masjid Jamia dan salah satu pemimpin separatis terkemuka, Mirwaiz Umar Farooq, kerap memberikan pidato berapi-api yang menyoroti perjuangan politik Kashmir.