Jumat 04 Feb 2022 17:17 WIB

Dakwah tak Kenal Lelah KH Asrori Ahmad (I)

Salah seorang ulama yang produktif dalam menghasilkan kitab adalah KH Asrori Ahmad.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Santri tempo dulu tengah mengaji.
Foto:

Tidak hanya mendapatkan pengajaran dari sang ayah, tapi dirinya pun menempuh pendidikan umum. Saat berusia 11 tahun, ia berhasil mena matkan pendidikan di sekolah rakyat (SR), yaitu sekolah yang dirintis oleh para pejuang Indonesia pada masa penjajahan.

Setelah itu, barulah ia bertekad untuk mendalami ilmu-ilmu agama kepada para ula ma. Maka, pemuda itu pun menjadi santri kelana, dengan menyambangi berbagai pondok pesantren di Tanah Jawa. 

Pondok pesantren yang pertama kali ditujunya ialah Pesantren Salam di Salamkanci, Bandongan, Magelang. Waktu itu, lembaga tersebut diasuh Kiai Raden Asnawi. Asrori muda pun berguru kepada sang kiai selama tiga tahun, yakni sejak 1932 hingga 1935.

Setelah mendapatkan bekal agama yang cukup di Pondok Pesantren Salam, remaja tersebut ke mudian melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Tremas. Lembaga yang berlokasi di Pacitan, Jawa Timur, itu diasuh KH Hamid Dimyati. Ia menempa diri di sana kurang lebih dua tahun, yakni antara 1936 dan 1937.

Tak berhenti di situ. Sebab, Asrori masih merasa haus akan ilmu-ilmu agama. Akhirnya, ia melanjut kan rihlah keilmuan ke Pondok Pesantren al-Hidayah, Lasem, Rembang, di bawah asuhan KH Ma'shum Ahmad. Dirinya belajar di pesantren tersebut antara tahun 1937 dan 1942, tepat ketika balatentara Jepang menginvasi Tanah Air.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement