Semasa menjadi santri untuk kali kedua di Pondok Pesantren al-Hidayah Lasem, Asrori muda juga kerap bersilaturahim kepada beberapa ulama sepuh. Sebut saja, KH Bisri Syansuri Jombang dan KH Bisri Mustofa Rembang. Dari keduanya, ia mendapatkan amalan dan motivasi untuk terus semangat dalam menulis kitab.
Guru yang paling memengaruhi gaya penulisan nya adalah KH Bisri Mustofa. Saat bertukar pikiran dengan Kiai Bisri, ia mendapatkan solusi atas persoalan ekonominya. Yakni, berjualan kitabkitab yang ditulis gurunya tersebut. Keuntungan penjualan kemudian dipakainya untuk menopang kebutuhan hidup di pesantren.
Sembari berjualan, Asrori muda juga menimba fatwa, pengalaman, dan informasi kemasyarakatan yang sedang berkembang. Ia juga sering mendapatkan tips dan kiat-kiat kepenulisan dari Kiai Bisri. Tak mengherankan bila pada akhirnya lelaki asal Magelang itu menjadi seorang penulis yang andal dan penerjemah yang cakap.