Oleh: Zaky Al Hamzah
Untuk meningkatkan pelayanan jamaah haji gelombang kedua ini, Daker Jeddah mendapat tambahan 17 tenaga musiman (temus) mahasiswa dari Sudan.
Mereka adalah mahasiswa Indonesia yang belajar di negeri itu. Sebelumnya, Daker Jeddah mendapat dukungan pelayanan dari temus mahasiswa Indonesia yang kuliah di Mesir dan Maroko.
Bila tenaga pelayanan masih dianggap kurang, ujar Kadaker Jeddah, pihaknya mengaku sudah melayangkan surat kepada pimpinan PPIH Indonesia di Arab Saudi agar mengalihkan petugas tenaga musiman yang di Madinah ke Jeddah.
Hal itu dikarenakan kedatangan jamaah haji di Madinah sudah menurun dan tak ada lagi jamaah haji yang menjalani Shalat Arbain di Masjid Nabawi sejak per Ahad (14/9) hingga setelah pelaksanaan Wukuf di Arafah.
"Sehingga (temus) yang baru datang ini, saya minta dialokasikan ke Jeddah dulu untuk membantu melayani kedatangan jamaah haji gelombang kedua," terang Kadaker Jeddah.
Selain mengimbau petugas Daker Jeddah, Kadaker Abdullah juga memuji sejumlah petugas tim kesehatan dari Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Daker Jeddah yang cekatan dan sigap menangani jamaah haji yang sakit atau kelelahan.
Jamaah haji yang sakit atau kelelahan ditangani petugas kesehatan di Klinik Kesehatan (Oktagon) Daker Jeddah di Bandara Jeddah. "Kekompakan tim kesehatan BPHI tahun ini patut diapresiasi," tegas Abdullah.
Diketahui, jamaah haji gelombang pertama yang mendarat di Bandara Jeddah harus terlebih dahulu menjalani Shalat Arbain (shalat 40 waktu tanpa terputus) di Masjid Nabawi, Madinah, selama sembilan hari, sebelum bertolak ke Kota Makkah.
Sedangkan para jamaah haji gelombang kedua langsung berangkat ke Kota Makkah sesaat setelah mendarat di Bandara Jeddah. Mereka tidak mengawali ibadah Shalat Arbain di Masjid Nabawi.
"Jamaah haji gelombang kedua ini langsung Umrah wajib di Masjidil Haram, Makkah. Jarak Jeddah ke Makkah kan lebih dekat dibandingkan Madinah, yakni perjalanan dari Jeddah ke Makkah sekitar satu jam," jelas Kadaker Abdullah.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
