Ahad 04 Aug 2019 21:31 WIB

Haji Termuda: Pengen Hafal Quran

Haji termuda itu bernama Muhammad Rauf Islami Pasha

Mohammad Rouf Islami Pasha dan Asep Saebani Nurhanuddin.
Foto: Republika/Syahruddin el Fikri
Mohammad Rouf Islami Pasha dan Asep Saebani Nurhanuddin.

IHRAM.CO.ID, Oleh Syahruddin El-Fikri  Dari Makkah, Arab Saudi

Saya baru turun dari lantai 5 hotel Malak Rawda di sektor 3, Rawda, Makkah. Lift turun secara perlahan. Ketika sampai di lantai 3, suara bel terdengar. Ting. Pintu lift terbuka. Seorang remaja masuk melalui lift. Ada perasaan kaget sekaligus kagum. Mengenakan peci putih, bergamis putih, pria berusia 18 tahun itu tersenyum ramah. Republika mencoba menyapa, dia pun membalas sapaan itu.

Berbincang sebentar, ternyata tujuannya sama, menuju mushola di lantai basement hotel. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.25 waktu Arab Saudi, yang artinya waktu zhuhur sudah tiba. Saya berjanji akan mewawancarai Rauf, seusai shalat. Ketika tiba di basement, saya dan sahabat Agung Legiarta, rekan media center haji (MCH) dari iNewsTV mengambil air wudhu.

Sementara remaja tadi adalah jamaah haji termuda asal Pandeglang. Namanya sangat bagus, Muhammad Rauf Islami Pasha. Usianya saat ini 18 tahun. ketika lift tiba di lantai Rauf bersegera menuju mushala. Tak lama, shalat dimulai. Rauf saya lihat berada di shaf ketiga. Sementara saya dan Agung di shaf ke empat.

Seusai shalat, saya balik ke lantai tiga tempat tadi berjumpa dengan Rauf. Sementara Agung, dia harus menyelesaikan kegiatannya di lobi. Setibanya di lantai 3, saya mencari nama Rauf, tidak satupun tertulis di pintu kamar. Kemudian saya bertanya kepada petugas kesehatan kloter 40 JKG di lantai tiga, dan disampaikan bahwa Rauf ada di lantai 5.

Saya bergegas ke lantai lima dan mencari kamar Rauf. Saya cek satu persatu, Alhamdulillah, di pintu kamar 516 tertulis tiga nama, Asep Saebanim Nurhanuddin, dan Mohammad Rouf Islami Pasha. Sayaberi salam, dan dijawab oleh seorang perempuan. Dia menanyakan tujuan saya, dan saya sampaikan bahwa saya mau interview dengan Rouf.

Dia meminta izin kepada ayahnya. “Ayah?” batin saya. Oh, rupanya, dia anak pertama Asep Saebani. Tak lama kemudian muncul Asep Saebani. Saya perkenalkan diri dan berbincang sebentar tentang maksud dan tujuan saya. Kemudian dipersilakan masuk.

Di dalam kamar, saya berjumpa dengan empat orang, yakni Asep Saebani (ayah Rouf), Mohammad Rouf Islami Pasha, Sabina Salsabila (kakak Rouf), Diah Fitriani.

Perbincangan mengalir lancar. Asep Saebani, ayah Rouf mengatakan, tujuannya memberangkatkan haji Rouf di waktu muda, agar anaknya bisa menjadi pemimpin bagi anggota keluarganya. “Saya mendaftarkan dia sewaktu berusia 10 tahun, kebetulan ada rezeki,” kata Asep.

Menurut Asep, dirinya ingin berangkat sekeluarga, dan atas izin Allah, niat itu terealisasi tahun 2019. “Alhamdulillah, setelah menunggu 8 tahun, akhirnya bisa berangkat saat ini bersama keluarga,” ujar Asep.

Saat ini, lanjut Asep, ia juga sudah mendaftarkan anaknya yang bungsu untuk menjadi jamaah haji. “Sekarang usianya masuk ke-8 tahun. Semoga nanti pas cukup umurnya, dia bisa berangkat,” lanjut Asep dan diamini istrinya, Diah Fitriani.

Rouf mengatakan, dia tidak punya keinginan apapun dalam melaksanakan Ibadah haji tahun 2019, selain menjadi penghafal Alquran. “Semoga dimudahkan menjadi penghafal Alquran,” jawabnya singkat. Rouf terkesan pendiam. Kalau tidak ditanya, dia juga tidak akan bicara. Namun, dibalik diamnya, dia punya keinginan mulia.

Rouf didaftarkan menjadi jamaah haji sejak kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah (MI) al-Hidayah Pandeglang. Ayahnya seorang distributor sparepart kendaraan bermotor. “Tapi lulus MI, Rouf nggak mau sekolah. Dia maunya jadi penghafal Alquran saja,” kata Asep.

Dan Rouf pun mengiyakan hal itu. “Saya hanya ingin jadi penghafal Alquran,” kata dia.

Rouf mengaku, ia baru setahun lebih menghafal Alquran. Dan ketika ditanya jumlah hafalannya, agak malu-malu, Rouf mengatakan baru tujuh juz. “Masih sedikit, baru tujuh juz,” kata dia.

Rouf berharap, beberapa tahun lagi bisa hafal 30 juz. “Nggak apa-apa, kalau lama. Saya juga nggak mau terburu-buru,” ungkapnya.

Ayahnya menambahkan, Rouf memang tidak ditarget harus hafal cepat. “Yang penting kuat hafalannya,” kata putra dari KH Zainuddin, Pandeglang ini.

Diakui ibunya Rouf, menghafal Alquran itu memang mudah. “Yang susah itu, kan, menjaga hafalannya. Makanya nggak apa-apa lama, pelan-pelan saja, nggak usah terburu-buru,” kata Diah Fitriani, ibunda Rouf.

Asep Saebani, sang ayah berharap, Rouf bisa meneruskan jejak kakeknya. “Meneruskan dan mengemban di pesantren milik kakeknya,” kata Asep. n

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement