Senin 16 Aug 2021 23:00 WIB

KH Idris Kamali Penerus Dakwah Sang Hadratussyekh (I)

Kiai Kamali merupakan salah satu simpul dalam jejaring ulama nusantara di Haramain.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Warga beraktivitas di areal Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy
Foto:

Rihlah keilmuan Idris bin Kamali tidak bermula di kota tempatnya dilahirkan, Makkah. Sebab, kedua orang tuanya kembali ke Tanah Air pada 1908. Di Cirebon, ia memperoleh pendidikan langsung dari ayahnya. Selain itu, ia juga belajar di Pondok Pesantren APIK Kaliwungu, Kendal. Lem baga itu diasuh seorang sahabat Kiai Kamali tatkala masih merantau di Tanah Suci, yakni KH Irfan Musa.

Setelah beberapa tahun nyantri di Kaliwungu, Idris muda kemudian dipercaya Kiai Irfan sebagai lurah pondok pertama pada 1919. Sebab, Kiai Irfan sudah menemukan tanda-tanda kealiman dalam diri santrinya itu. Di pesantren pertamanya tersebut, Idris remaja belajar menghafal Alquran. Selain itu, dirinya juga mendalami ilmu hadis, khususnya perihal sanad, selama tiga tahun.

Dari Kaliwungu, Idris kemudian meneruskan pendidikan ke Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Inilah untuk pertama kalinya ia mendapatkan pola pengajaran langsung dari Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari. Di Tebuireng, Idris memperdalam pengetahuannya terutama tentang ilmu hadis. Inilah kesempatan baginya.Sebab, sosok Mbah Hasyim begitu masyhur sebagai seorang pakar hadis di seluruh Tanah Jawa.

Selama menjadi santri, pemuda asal Cirebon itu semakin gemar membaca. Ada banyak kitab yang menjadi koleksinya. Bahkan, buku-buku tersebut hingga kini masih tersimpan di perpustakaan Pondok Pesantren Tebuireng dan sering menjadi rujukan dalam bahtsul masaildi ling kungan Nahdliyin. Di bawah bimbingan Mbah Hasyim, ia mengkaji dan menghafal berbagai kitab beserta dengan penjelasan ( syarah) masing-masing. Sebagai contoh, kitab fikih Al-Ghayah wat-Taqrib dan kitab ilmu nahwu Mutammimah.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement