Jumat 03 Sep 2021 13:21 WIB

KH Ahmad Umar Mangkuyudan, Sufi Penjaga Alquran (II)

Kemampuan Kiai Umar sebagai hafiz Alquran adalah pula berkah doa guru dari ayahnya

Alquran
Foto:

Sejak berusia delapan tahun, Tarlim mengaji di pesantren yang diasuh seorang ulama asal Karanganom, Klaten, Kiai Ahmad Kadirejo. Itu pun bukan tanpa perjuangan.

Mulanya, ia harus berjalan kaki dari rumahnya ke Karanganom yang berj arak sekira 108 kilometer. Sesam painya di sana, Kiai Ahmad tak lang sung menerimanya. Setelah menyampaikan maksud dan tujuannya untuk belajar, Tarlim diberi syarat agar membangun sumur, bak mandi, dan kamar mandi untuk gurunya itu.

Tugas tersebut dilakoninya tanpa bantuan seorang pun dalam waktu 18 bulan. Setelah pekerjaannya itu tuntas, barulah bocah lelaki asal Solo itu diterima Kiai Ahmad, yang lantas memberikan nama baru untuknya: Buchori.

Selama nyantri, Buchori selalu mengisi air bak mandi untuk Kiai Ahmad sebelum azan subuh berkumandang. Kebiasaan itu dilaku kannya setiap hari, tanpa sepenge tahuan orang lain. Bak yang sudah penuh tetap diisinya. Air pun mengalir melalui talang ke bak-bak untuk para santri. Alhasil, pekerjaannya juga menimbulkan manfaat bagi sesama.

Sejak di Karanganom, Buchori yang sejak naik haji pada 1926 berganti nama jadi Abdul Mannan mulai bersahabat dengan Ahmad Shofawi dan Mohamad Adnan. Ketiganya kelak merintis Pesantren al- Muayyad Mangkuyudan Solo. Masing-masing memiliki cita-cita yang terinspirasi dari laku kehidupan selama di pesantren.

Buchori sendiri mendambakan dirinya bisa menjadi seorang hafiz Alquran. Sayangnya, impian itu tak kesampaian. Waktu melihat ada seorang remaja yang berhasil menghafal 30 juz Alquran, Buchori menangis tersedu-sedu.

Kiai Ahmad lantas menghampirinya dan mendoakan kebaikan untuknya. Ia juga diberi isyarat bahwa kelak anak keturunannya-lah yang mampu mewujudkan cita-cita itu.

 

 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement